Jendela Nusantara

Sabdo Palon & Naya Genggong Nagih Janji

Waspadai Genocide Diri Sendiri


Menerawang Masa Depan, yang harusnya tak terbatas. Hanya Tuhan YME yang dapat membatasinya
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Duapuluh tahun belakangan ini, dari tulisan-tulisan di koran dan orang-orang separuh baya yang saya kenal, banyak sekali membicarakan bahwa hidupnya tinggal sebentar lagi. Berfikiran seperti itu, cepat atau lambat, akan men-Sugesti Pikiran, Jiwa, dan raganya sendiri untuk hidup tidak lama lagi.

Dalam hal ini saya tidak bicara dari segi ke-Imanan, melainkan dari sisi kuatnya pengaruh sugesti terhadap kehidupan manusia itu sendiri..

Ada satu Agama di Indonesia yang kerap mempropagandakan, bahwa hidup yang indah ada setelah kematian. Sehingga orang-orang diajak untuk berlomba-lomba mengejar cepatnya sampai di kehidupan berikutnya.

Hal ini bodoh menurut saya, karena ketika saya mengikuti ceramah, yang isinya mengajak untuk kita berkonsentrasi pada kehidupan berikutnya, ada seseorang dari kami yang menghimbau, "Ayo kita doakan Bapak penceramah kita ini agar Beliau cepat hidup di kehidupan berikutnya, agar mendapat kebahagaian yang kekal nan Abadi".

Yang terjadi, si Penceramah itu, yang mungkin Agen Intelijen sebuah Negara asal Agama tersebut datang, langsung marah sama orang yang mengatakan hal tersebut.

Dari sini terlihat jelas bahwa ini hanya sebuah penjerumusan terhadap proses "GENOCIDE DIRI SENDIRI", dimana setelah itu, mereka dapat dengan lenggang kangkung mengambil segala sumber daya alam yang kita miliki.

Kita harus berfikir bisa hidup seribu tahun lagi di Bumi Nusantara ini, karena hanya kita sebagai orang asli Nusantara yang ber-Kearifan Lokal, yang dapat merawat dan menyayangi Tanah Impian Semua Bangsa di Dunia ini....
Sapto Satrio Mulyo

Budaya Arab Ternyata Warisan dari Budaya Agama Kristen