Jendela Nusantara

Sabdo Palon & Naya Genggong Nagih Janji

Perjalanan Akhir Prabu Brawijaya V - (1.413 M - 1.478 M)


Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Bagi para keturunan, semoga artikel ini mengingatkan keberadaan kita semua untuk tetap memiliki komitmen. Dan kini saatnya kita bangkit kembali untuk mengulangi kejayaan eyang-eyang kita.

Bacalah artikel di bawah ini, tidak hanya dengan pikiran, tetapi juga dengan hati, maka kita akan mengerti apa pesannya, dan apa yang harus kita lakukan sekarang ini, menghadapi para penghianat bangsa yang berkedok agama.

Raja Brawijaya V adalah Raja Majapahit XII yang merupakan keturunan dari Raja Rajasawardhana, yang bergelar Raja Brawijaya II.


Sejak raja Majapahit VIII (Raja Kertawijaya), gelar Brawijaya mulai digunakan. 

Penyandangan gelar tersebut dilakukan sebagai sebuah strategi politik, untuk memperkuat kedudukan Kertawijaya sebagai keturunan langsung dari Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit. 

Dimana secara epistemologi asal kata "bra" berarti raja, dan "wijaya" yang berarti keturunan Raden Wijaya.

Sebelum membaca "Perjalanan akhir Brawijaya V", kiranya perlu Anda mencamkan, mengapa Tim Tanah Impian sangat memperhatikan perlunya kemurnian Sejarah Nusantara

Beginilah caranya mereka menghancurkan bangsa kita :
  • Pertama, mereka mengaburkan, menyesesatkan, dan mengacaukan Sejarah Nusantara
  • Kedua, mereka memutuskan pengetahuan mengenai Leluhur Kita
  • Ketiga, mereka mengarang  Sejarah Baru
Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Pindahnya Keraton Majapahit Ke Lawu
Nama Brawijaya berasal dari kata Bhra Wijaya. Gelar bhra adalah singkatan dari bhatara, yang bermakna "baginda". Sedangkan gelar bhre yang banyak dijumpai dalam Pararaton berasal dari gabungan kata bhra i, yang bermakna "baginda di". Dengan demikian, Brawijaya dapat juga disebut Bhatara Wijaya. 

Perbedaan pendapat antara anak kandung (R. Patah) dan Bapak (Brawijaya V) menjadikan sebuah kegelisahan tersendiri bagi Bapak. Ketika perbedaan itu diperuncing, sebuah tantangan bagi seorang Bapak untuk menyelesaikan dengan arif dan bijak. Bagaimana Prabu Brawijaya V, menyelesaikan konflik tersebut ?.

Mendengar penuturan utusan-utusannya bahwa R. Patah tidak mau menghadap (marak sowan) ke keraton Majapahit, Sang Prabu memerintahkan menyiapkan kapal untuk ke Demak. Semua bhayangkara, senopati, empu dan brahmana serta prameswari ikut dalam rombongan perjalanan. 




Dalam perjalanan kemanapun dampar atau singgasana yang berupa "watu gilang (batu)" selalu dibawa, karena merupakan simbol kedudukan sebagai seorang ratu. Puluhan kapal besar berangkat menyusuri sungai brantas menuju laut jawa dan kearah barat. 
Rajamala - Tokoh Pewayangan
Di haluan setiap kapal terpasang replika "Rajamala" dengan mata yang tajam. 

Masuk ke Demak dengan menyusuri sungai Demak, Sang Prabu mengutus utusan memanggil R. Patah. 

R. Patah tidak mau menemui bapaknya yang berada diatas kapal di tepi sungai. Sang Prabu segera memerintahkan meneruskan perjalanan, guna mencari tempat untuk persinggahan. 

Sampailah Rombongan di desa Dukuh Banyubiru Salatiga. Para pengikut raja membangun singgasana di atas sebuah bukit kecil, sekarang disebut Candi Dukuh.

Di lokasi ini, seluruh senopati menyarankan untuk membawa paksa R. Patah menghadap Sang Prabu. Para brahmana dan empu menyarankan agar Sang Prabu bersikap arif dan bijak, karena R. Patah adalah anak kandungnya sendiri. 

Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Dialog yang panjang dilakukan guna mencari sebuah solusi yang tepat. Sang Prabu melakukan ritual spiritual bersama para brahmana, guna mencari akar persoalan (susuh angin). 

Maka didapat kesimpulan bahwa ada kesalahan Sang Prabu di hadapan Sang Pencipta. Berbulan-bulan lamanya Sang Prabu melakukan refleksi diri, seluruh putra-putri dan menantunya dipanggil untuk menghadap ke banyubiru keraton dikosongkan. 

Refleksi diri adalah wahana menanam pohon kejernihan pikiran yang berbunga arif dan berbuah bijaksana. 
Mahkota adalah simbol manusia berbudaya (Ilustrasi)
Lahirlah sebuah keputusan, bahwa Sang Prabu tidak merasa pantas mengenakan mahkota dan kemegahan busana. 

Mahkota adalah simbol manusia berbudaya, kemegahan busana adalah simbol kemegahan raga sebagai seorang pemimpin. 

Hal tersebut disebabkan oleh sebuah pernyataan "jika sebagai bapak dan pemimpin harus berhadapan dan berperang dengan anak kandungnya sendiri. Maka seorang bapak bukanlah manusia yang berbudaya".

Sang Prabu memerintahkan seluruh pengikut setianya untuk berganti busana dengan lurik, dan mahkota nya dengan ikat kepala. 




Adipati terdekat adalah Pengging yang dijabat oleh menantu tertuanya, diperintahkan memintal benang "lawe" (bermakna laku gawe) menjadi bahan lurik. 

Sebagai ikat kepala berwarna biru tua dengan pinggirnya bermotif "modang" (bermakna ngemut kadang). 

Seluruh putra-putrinya diperintahkan berganti gelar dan nama. 

Maka bergantilah nama mereka menjadi seperti, Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Getas, Ki Ageng Batoro Katong, Ki Ageng Bagus dll. 

Penggantian tersebut bertujuan melakukan perjalanan (laku gawe) mengoptimalkan pola pikir yang seimbang dan jernih, dengan sebutan "Ki" (singkatan dari kihembu)Sang Prabu berganti gelar dan nama menjadi Ki Ageng Kaca NegaraNama tersebut mengisyaratkan pada refleksi diri, negara diartikan sebagai diri pribadi. Keraton Majapahit telah berpindah ke Banyubiru. Buah maja yang pahit harus dimakan untuk memperbaiki sebuah tatanan kehidupan. Di tempat ini pulalah dialog antara Prabu Brawijaya V/Pamungkas dengan Sabdo Palon dan Naya Genggong yang ada di dalam dirinya.

Selama tiga tahun Ki Ageng Pengging membangun papan untuk mertuanya, setelah selesai keraton berpindah dari Banyubiru ke Pengging. 

Pengging berkembang dengan pesat. Sang Prabu memerintahkan seluruh prajuritnya ke wilayah gunung kidul, hingga sekarang banyak anak-turun prajurit majapahit tinggal disana. 

Harta karun berupa bebatuan tak ternilai harganya ada disana. Di Pengging banyak peninggalan artefak-artefak, dan candi-candi kecil majapahit. Tersebar di tengah pasar, ditengah rumah penduduk, dan dalam gundukan tanah. 

Pengging kaya akan sumber air mineral tinggi. Pada masa sekarang banyak kegiatan tirtayoga dilakukan oleh masyarakat sekitar Surakarta, dan berbagai kota di Jawa. Seolah menjadi sebuah misteri tersendiri yang belum terungkap kebenarannya. 

Selama enam tahun Ki Ageng Kaca Negara (Brawijaya V / Pamungkas) berada di Pengging, membangun tatanan kehidupan manusia, Alam dan Sang Pencipta. Pengembangan industri lurik dimulai dari wilayah keraton Pengging, yang sangat luas wilayahnya hingga wilayah pedan klaten.

Para brahmana menyarankan kepada Ki Ageng Kaca Negara untuk menapak tilas jejak Sang Prabu Airlangga ke Lawu. 

Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Dalam pandangan Raja-raja terdahulunya, Gunung Lawu merupakan tempat yang memiliki energi positif. 

Para brahmana melihat bahwa Gunung Lawu telah menjadi tempat tinggal Leluhur-leluhur yang telah suci/moksa. Maka Ki Ageng Kaca Negara melakukan perjalanan ke Gunung Lawu,  dan singgah pertama di Candi Menggung desa Nglurah kecamatan Karangpandan kabupaten Karanganyar. Candi Menggung adalah peninggalan Sang Prabu Airlangga, sebagai sebuah artefak bahwa beliau pernah memohon petunjuk Sang Pencipta guna menyelesaikan persoalan negara. 

Di candi inilah artefak lingga-yoni yang pertama dibangun oleh Prabu Airlangga. Lingga-yoni adalah simbol keseimbangan manusia, alam dan Sang Pencipta. Selama Seratus hari rombongan Ki Ageng Kaca Negara tinggal disekitar Candi Menggung.

Ki Ageng Kaca Negara mencari tempat yang layak guna membangun dampar. 

Ditemukan sebuah tempat diatas, dan dibangunlah dampar di desa Blumbang Tawangmangu. 

Tempat ini diberi nama pertapan "Pandawa Lima", sekarang dikenal sebagai pertapan "Pringgodan". 

Perjalanan ini digambarkan pada relief yang terdapat di dalam candi Sukuh

Disinilah Ki Ageng Kaca Negara bertemu dengan penguasa lawu, hingga diberi tambahan gelar 'Panembahan', sehingga menjadi 'Ki Ageng Panembahan Kaca Negara". 

Dialog terjadi antara Penguasa Lawu (disebut Eyang Lawu) dengan Ki Ageng Panembahan Kaca Negara. 

Dialog ini menghasilkan kesepakatan "Dwi jalmo Ngesti Sawiji", Eyang Lawu mengijinkan membangun keraton majapahit di lawu menjadi keraton lawu. 

Ki Ageng Panembahan Kaca Negara menjadi 'Sunan Lawu', hingga Eyang Lawu menunjuk siapa yang akan menggantikannya. 

Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa keraton Majapahit tidak pernah punah, atau hilang, walau bangunannya hanya berupa candi-candi yang tersebar di mana-mana. 

Dapat disimpulkan pula bahwa Prabu Brawijaya V, tidak pernah menyerahkan dampar kepada anak-anaknya atau keturunannya sendiri. Nusantara terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, masing-masing membangun keraton sendiri-sendiri. 

Walau diawal Mataram ada upaya Panembahan Senopati mempersatukan Jawa-Madura, dan berhasil dalam dialog di Bang Wetan. 

Dialog kesepakatan tanpa pertumpahan darah antara Panembahan Senopati dengan Panembahan Sureswati (mewakili kerajaan-kerajaan kecil pesisir utara) dari Surabaya. 

Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Eksistensi keraton Majapahit menjadi keraton Lawu, memegang kekuasaan jagat imateriil, atau  berupa imateriil yang tidak memiliki bangunan materiil. 
  • Keraton Lawu yang merupakan tatanan kehidupan imateriil 'gunung'
  • Sementara keraton laut selatan merupakan tatanan kehidupan imateriil 'segara'
Konsep segara-gunung adalah konsep kehidupan vertikal-horisontal, sama halnya konsep lingga-yoni, sama halnya konsep langit-bumi.

Keraton lawu yang masih dalam bentuk imateriil berada di Candi Palanggatan, hanya dengan ketulusan dan kejernihan pikir manusia, maka dapat melihat bangunan imateriil keraton lawu.

Dari Candi Palanggatan Ki Ageng Panembahan Kaca Negara, menulis pengetahuan Majapahit dalam bentuk arsitektur candi. 

Pembangunan candi-candi dipimpin oleh Brahmana tertinggi yang disebut sebagai 'Sang Balanggadawang' Jaya Kusuma, yang tidak lain adalah Ki Ageng Panembahan Kaca Negara sendiri. 

Gelar dan nama diberikan oleh Eyang Lawu. Dibangunlah Candi Sukuh kemudian Candi Cetho, sebagai pengetahuan dasar tatanan kehidupan 'sangkan paraning dumadi'. 

Candi Kethek, Candi baru yang ditemukan di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, mulai digali. 

Tim gabungan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan Jurusan Arkeologi Universitas Gajah Mada (UGM) menemukan struktur bentuk candi yang kemudian diberi nama Candi Kethek. (http://www.arsip.net/id/link.php?lh=BFZUDVIHCwJR)

Candi Kethek bukan sebuah candi melainkan sebuah dampar bagi Ki Ageng Panembahan Kaca Negara dengan jabatan Sang Balanggadawang dalam perjalanan ke puncak lawu.

Puluhan tahun membangun kedua candi di lereng lawu tersebut, berbagai pengetahuan disimpan dalam bentuk imateriil di kawasan lawu. 

Permohonan Brawijaya V, agar kelak eksis dalam wujud nyata (materiil) dipersiapakan dalam pengetahuan-pengetahuan itu. 

Perjalanan ke puncak lawu merupakan wujud perjalanan permohonan yang tulus agar anak-turunan Majapahit menikmati kembali masa keemasan Majapahit. Majapahit telah menyatu dengan lawu menjadi Keraton Lawu

Keraton Majapahit tidak pernah punah, bahkan masih eksis hingga kini. Tatanan kehidupan masih jelas bisa dilihat, dan dibaca tanpa terdegradasi pada masyarakat tertentu disekitar Lawu, Gunung Kidul dan Pengging. 


Tatanan kehidupan antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta menghasilkan masyarakat tradisional yang gemah ripah loh jinawi, walau tinggal di perbukitan yang dingin. 

Sebuah tantangan bagi masyarakat modern untuk melihat langsung dan membuktikannya. 

Cerminan sehat dalam arti jiwa, raga, pola pikir,  dan papan bisa dilihat secara materiil Ratu tidaklah harus berbusana megah, ratu hendaknya menunjukkan eksistensinya dengan kehidupan tradisional. 

Sebagai panutan, pengayom dan jembatan antara materiil dan imateriil, seorang Ratu berfikir untuk kepentingan Manusia dan Alam kepada Sang Pencipta, sebagai sebuah tanggung jawab yang harus dibuktikan secara nyata, dan utuh. 

Ratu tidak akan pernah berfikir materi bagi dirinya sendiri, ratu mampu menciptakan kreatifitas yang searah dengan Alam dan Sang Pencipta. 

Ratu mengedepankan kepentingan manusia, Alam dan Sang Pencipta terjalin sebuah hubungan yang tidak bisa diputus. 

Ratu harus mampu melahirkan pola-pikir yang arif, bijak dan adil bagi Manusia, Alam Semesta dan mahluk lain penghuni Alam Semesta. Seorang ratu hendaknya memiliki sifatollah dan sirollah sebagai bagian hidupnya. 

Berdiri tegak dibawah kehendak Sang Pencipta.

Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Saya (Sapto Satrio Mulyo) kumpulkan dari berbagai sumber......


Gunanya ramalan (Sabdo Palon Naya Genggongadalah agar kita dapat mencarikan solusinya, bukan untuk pasrah bongkokan. (Pesan dari anak cucu Mojopahit)
  1. http://budayaleluhur.blogspot.com/2009/11/perjalanan-akhir-prabu-brawijaya-v.html
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Brawijaya
  3. http://sasadaramk.blogspot.com/2011/08/perjalanan-akhir-prabu-brawijaya-v.html
Foto : Istimewa

Perjalanan Hidup Mangkunegaran I (1.725 M - 1.795 M)


Surakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Mengingat jasa-jasa kepahlawanan dari Mangkunegara I, pada tahun 1.983 M Pemerintah menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputra.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I (nama lahir Raden Mas Said) yang lahir pada 7 April 1.725 M di Kecamatan Kartasura, dan mangkat pada 23 Desember 1.795 M di Surakarta, memerintah wilayah Kadaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu, selama 40 tahun.

Ayah RM Mas Said, yakni K.P.A. Mangkunegara, yang menjadi putra tertua Sunan Amangkurat IV (Pakubuwana I), penguasa Kesunanan Mataram-Kartasura. 



Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunagara I, adalah tokoh legendaris,, dikarenakan ia adalah salah satu pemimpin militer paling berbakat dan berpengalaman sepanjang sejarah Jawa.

Mas Said merupakan tokoh Jawa terkemuka pada abad ke-18, pendiri Pura Mangkunagaran di Surakarta pada 1.757 M. Pada saat adanya perang saudara yang penuh konflik dan sangat berdarah, memperlihatkan keberaniannya.

Mangkunagara berpihak pada pemberontak sejak 1.740 M (saat usia 14 tahun) dan terus berjuang hingga tahun 1.757 M (usia 31 tahun). Musuhnya adalaha Susuhunan Pakubuwana II (berkuasa 1.726 M - 1.749 M) dan Kompeni Belanda (VOC).

Dalam pertempuran melawan Belanda dia menerapkan sistem perang gerilya melalui pengamatan di Gunung Gambar. Kesaktian sang Pangeran ini, diyakini bisa menghilang, memporak-porandakan lawan tanpa perlu balatentara, dan persenjataan modern pada saatnya. 

Pangeran Mnagkunegaran I dimakamkan di kompleks makam yang terletak di Astana Mangadeg dengan ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Persisnya di salah satu puncak perbukitan di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.

Persis di depan kantor pengelolaAstana Mangadeg, terdapat tugu, Monumen Tri Dharma.

Di tempat monumen itu berada, diyakini bahwa sang Pangeran pernah bersemedi di sela waktu 16 tahun perjuangannya melawan Belanda, sang pangeran bersemedi di tengah kesunyian bukit dan hutan.

Saat semedi itulah, ia merumuskan sebuah falsafah yang dikenal dengan Tri Dharma, yakni: 
  • Rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki)
  • Wajib melu hangrungkebi (wajib ikut mempertahankan)
  • Mulat sarira hangrasa wani (berani bermawas diri).
Falsafah Tri Dharma ini, disosialisasikan untuk memotivasi rakyat mencintai dan loyal terhadap kerajaannya. 

RM Said kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran I.

Hingga kini masih banyak warga yang berziarah ke sarean Mangkunegaran I, yang beberapa di antaranya menggelar tirakat  (lek-lekan - tidak tidur) di dekat sarean, atau lebih tepatnya  di salah satu bangunan di bawah kompleks Astana Mangadeg. Hal ini dikarenakan sarean utama Mangkunegaran I dan keluarga Mangkunegoro ditutup pada pukul 24 malam.

Orang Jawa yang Hakiki
Mangkunegaran I adalah sosok yang kuat dengan prilaku Leluhur, yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang berkembang di dalam masyarakt Jawa sebenarnya, dimana nilai-nilai tersebut terletak antara mistik, tradisi, rohani, dan budaya Jawa itu sendiri.

Ia tidak mengenal takut. Sejak usia muda, ia sudah akrab dengan konflik.

Ketika dewasa, ia harus melawan tiga musuh dalam waktu yang bersamaan sekaligus: VOC (Belanda), Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta.

Sepak-terjangnya susah dihentikan, dan bahkan mengakibatkan kemenangan pasukan yang dipimpinnya dari pihak lawan. Dari situlah ia dijuluki Pangeran Sambernyawa, karena di beberapa pertempuran, meskipun jumlah pasukannya lebih sedikit dari pihak lawan, tetapi ia dan pasukannya tetap memenangkan pertempuran tersebut..

Istana Mangkunagaran
Pura / Istana Mangkunegaran (Hanacaraka: ꦦꦸꦫ​ꦩꦁꦑꦸꦟꦼꦓꦫꦟ꧀) merupakan istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran, dan juga sebagai tempat kediaman para penguasanya (Sampéyan Ingkang Jumeneng).

Istana yang berada di Surakarta ini, mulai dibangun pada tahun 1.757 M oleh Mangkunegara I dengan arsitektur model keraton. Dimana kompleks bangunan memiliki bagian-bagian yang menyerupai keraton, seperti memiliki pamédan, pendapa, pringgitan, dalem, dan keputrèn.

Seluruh kompleks dikelilingi oleh tembok, hanya bagian pamédan yang diberi pagar besi.

Pura yang baru dibangun setelah Perjanjian Salatiga ini, sebagai langkah mengawali pendirian Praja Mangkunegaran, yang ditandatangani oleh kelompok Raden Mas Said, Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), Sunan Pakubuwana III, dan VOC pada tahun 1.757 M. Raden Mas Said, diangkat menjadi "Pangeran Adipati" bergelar Mangkunegara I.

Perjanjian Salatiga
Sulitnya menangkap Mangkunegaran I, membuat Nicholas Hartingh, pemimpin VOC di Semarang, mendesak Sunan Pakubuwono III bernegosiasi dengan Mangkunegaran I ke meja perdamaian. Aakhirnya, Sunan-pun mengirimkan utusan, untuk menemui Mangkunegara, yang juga saudara sepupunya. Pucuk dicinta ulam tiba, akhirnya Mangkunegara bersedia untuk berunding dengan Sunan, tetapi dengan syarat, dengan tanpa melibatkan VOC.

Mangkunegara menemui Sunan di Keraton Surakarta dengan dikawal 120 prajuritnya. Sunan memberikan dana bantuan logistik sebesar 500 gulden untuk prajurit Mangkunegara. Dengan hasil, bahwa perdamaian dengan Sunan Pakubuwana III tersebut, diformalkan dalam Perjanjian Salatiga, 17 Maret 1.757 M.

Pertemuan berlangsung di Desa Jemblung, Wonogiri. Sunan memohon kepada RM Said agar mau membimbingnya. Sunan menjemput Mangkunegara di Desa Tunggon, sebelah timur Bengawan Solo.

Untuk menetapkan wilayah kekuasaan RM Said, dalam perjanjian yang hanya melibatkan Sunan Pakubuwono III, disaksikan oleh utusan Sultan Hamengku Buwono I, dan VOC ini, disepakati bahwa RM Said diangkat sebagai Adipati Miji alias mandiri.

Walaupun hanya sebagai adipati, kedudukan hukum mengenai Mangkunegaran I (gelar RM Said), tidaklah sama dengan Sunan yang disebut sebagai peminjam kekuasaan dari Kompeni, melainkan ia menyadari bahwa dirinya sebagai "raja kecil", bahkan tindakannya pun memperlihatkan bahwa "ia adalah raja Jawa Tengah yang ke-3", sehingga Kompeni pun memperlakukannya sebagai raja ke III di Jawa Tengah, selain Raja I Sunan dan Raja II Sultan.

RM Said memerintah di wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu. Akhirnya ia  mendirikan istana di pinggir Kali Pepe pada tanggal 4 Jimakir 1.683 (Jawa), atau 1.756 Masehi. Tempat itulah yang hingga sekarang dikenal sebagai Istana Mangkunegaran.

Pasukan Wanita
Mangkunegaran I adalah Raja Jawa pertama yang melibatkan wanita di dalam angkatan perangnya. Selama menjalankan pemerintahannya, ia menerapkan prinsip Tridarma.

Sebanyak 144 prajurit Laskar Mangkunegara adalah wanita, terdiri dari satu peleton prajurit bersenjata karabijn (senapan ringan), satu peleton bersenjata penuh, dan satu peleton kavaleri (pasukan berkuda).

Mangkunegara mengajari wanita-wanita desa, untuk mengangkat senjata dan menunggang kuda di medan perang. Ia menugaskan sekretaris wanita mencatat kejadian di peperangan.

Prajurit wanita tersebut sudah turut dalam pertempuran, saat RM Said memberontak melawan Sunan, Sultan dan VOC. 

Sumber : Dari beberapa sumber
Foto : Istimewa

#KembaliKeKearifanLokal
#SadarSejarahNusantara
#PerpustakaanTanahImpian

Seputar Pidato Proklamasi 17 Agustus 1945

Pembacaan Teks Proklamasi
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia. Ini adalah naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno, pada kesempatan tersebut.

Sementara sebelum Hari H Pidato Pembacaan Teks Proklamasi, ada beberapa kejadian yang terekam Seputar Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Menuju dan sesudah hari bersejarah ini, ada beberapa catatan penting yang mungkin terlewat, dimana kita tidak pernah melihatnya sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh.

Seperti kita ketahui, alotnya negosiasi antara kaum muda dan kaum tua dalam mengambil langkah proklamasi yang dapat dilihat pada "Peristiwa Penculikan Rengasdengklok", yang berhubungan erat dengan BPUPKI.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah, saat tiga pemuda memperjuangkan persatuan, dan mempertahankan kebhinekaan NKRI, peristiwa ini lebih dikenal dengan "Piagam Jakarta", yang berhubungan erat dengan PPKI.

Untuk menjelaskan bahwa apa yang kami tulis memang begitu adanya, maka kami pun menyuguhkan Seputar Foto-foto Kemerdekaan Indonesia.

Pidato Proklamasi 17 Agustus 1945
dalam: Berita RI 1945 Thn II No. 7

Saudara-saudara sekalian!
Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun!
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naik turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita itu.
Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarkanlah proklamasi kami:

Proklamasi

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945       
Atas nama Bangsa Indonesia,

SOEKARNO - HATTA              

Demikianlah saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita.
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, -- merdeka kekal dan abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.

Berita republik Indonesia tahun II no 7 memuat tentang
A.pengangkatan Soekarno sebagai presiden republik Indonesia
B.pengankatan Moh.hatta sebagai wakil presiden republik Indonesia
C.pembukaan UUD 1945 dan Batang tubuh UUD 1945
D.penegasan wilayah negara kesatuan republik Indonesia

ATLANTIS ITU INDONESIA


Tembok Emas Dipagari Dinding Perak
Manado (PerpustakaanTanahImpian) - Peradaban Atlantis, pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM)

Yang dimaksud East Indies adalah Indonesia. Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_East_Indies dalam bukunya yang berjudul "Critias dan Timaeus".

Dalam buku Timaeus, Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis.

Sebelum membicarakan keberadaan Atlantis, kita harus yakin terlebih dahulu, bahwa keberadaan Atlantis sebenarnya adalah di Indonesia. 

Dengan membaca diagram di bawah, maka kita akan tahu, bahwa betul "Atlantis adalah Indonesia".

Diagram Prof. Arysio Santos dalam Pembuktian Atlantis adalah Nusantara (yang disebut Santos dengan The East Indies)
Dalam buku Critias, adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialognya. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe, yaitu moyang lelaki Critias. Sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).

Garis besar kisah pada buku tersebut adalah, ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas, dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas, dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya yang sangat memukau.

Peradaban Atlantis, memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan manusia.

Arsitektur Bangsa Agraris
Jika kita amati dari tulisan diatas, maka kita akan berkesimpulan, bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat maju. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu, sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar, dan mempunyai kehidupan yang makmur.

Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan, dalam usaha pencarian, untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.

Menurut perhitungan versi Plato, waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya atau rekayasanya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato, yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam, orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.

Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?

Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?

Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan piranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang. Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?

Peta Nusantara Atlantis pada masa 
Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal

Peta Nusantara

Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia. Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sedangkan menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia saat ini, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair, dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut, membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian, secara beruntun, dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik, yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu, tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis, dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah, atau sedang aktif kembali.
Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan, dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.

Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan

Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa, diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami.

Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin.

Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah, bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh, dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang, setelah disilang di depan dada.
Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna, karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.

Berkomunikasi dengan Hewan

Ketika Lumba-lumba Sedang Berkomunikasi
Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib, dan penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat kami.

Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas, sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata, dan memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.

Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran, atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.

Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan, dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.

Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan

Taman Eden

aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus, dan berkualitas tinggi, serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak tunas, kemudian memetik, dan mengekstrak sari patinya.

Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati, dan memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan, juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi, dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.

Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. Sebagian kecil dari mereka, mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini bekerja, yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang paling mendasar.

Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.

Teknologi yang Tinggi

Di Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan

Relief Piring Terbang

magnet mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga, atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”

Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk, dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.

Pengobatan yang Maju

Dalam peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.

Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus, untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik, dan berpengetahuan luas tentang pengobatan, akan mendeteksi frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.

Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.

Pendidikan Anak yang Ketat

Saat bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat, dan mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat getaran warna, dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran positif, dan kisah bertema filosofis.

Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan setiap orang.

Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh, dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan demikian, setiap anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.

Pemikiran maju yang positif, dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik, maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada keserakahan, dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.

Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa, atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.

Kiamat yang Melanda Atlantis

Saya tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis, untuk mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.

Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui, bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas, dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.

Teknologi Maju yang Lalim

Pada masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.

Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.

Menjelang Hari Kiamat

Saat-saat Berakhirnya Atlantis

Ramalan “kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar, dan yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran, Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.

Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.

Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.

Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah, dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat, pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah ceret air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan daratan.

Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.

Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang, dan penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan.

Mengenai punahnya peradaban Atlantis, layak kita renungkan mulai sekarang. Bicara sejarah, pasti hanya waktu yang tidak dapat diubah, karena penggambaran tempat dapat direkayasa sedemikian rupa. Anda tahu kapan Atlantis eksis, dan apakah Anda tahu tahun Jawa yang sesungguhnya eksis; 12.322 JED pada saat 1 Masehi. Sementara tahun Jawa yang terkontaminasi pertama adalah tahun 4425 pada saat 1 Masehi, dan tahun Jawa yang terkontaminasi kedua adalah tahun 78 pada saat 1 Masehi, atau yang sering disebut tahun saka. Dan kontaminasi tahun Jawa yang terakhir adalah kalender Jawa Islam yang diperkenalkan oleh Sultan Agung.
Masyarakat Jawa yang senkretis, terlalu longgar menerima pengaruh luar, hal ini sesuai dengan ingatan “Inggrid Benette” dimana masyarakat Atlantis adalah masyarakat yang sangat menghargai dan mudah menerima  nilai-nilai yang dianggap tidak menyakitkan orang lain.
Dari penuturan “Inggrid Benette” percaya atau tidak, itu adalah budaya yang masih hingga kini diterapkan di pedalaman Nusantara, yakni "Kearifan Lokal Indonesia"

Sumber : Dari Berbagai Sumber

Disalin dari : http://www.suarAtlantis.com
Foto : Istimewa

Budaya Arab Ternyata Warisan dari Budaya Agama Kristen