Jendela Nusantara

Sabdo Palon & Naya Genggong Nagih Janji

Perjalanan Akhir Maharaja Dharma Setia (1.5.. M - 1.605 M)

Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Maharaja Dharma Setia /  Maharaja Dermasatia / Maharaja Dharma Setia Warman adalah raja terakhir dari Kerajaan Kutai Martapura, yang bercorak Hindu di Nusantara.

Kerajaan Kutai Martadipura, banyak pula yang menyebut dengan Kerajaan Kutai Mulawarman, hal ini dikarenakan saat Pemerintahan Raja Mulawarman, kutai mencapai zaman keemasan.

Berdiri sekitar tahun 301 M, dengan Pusat Kerajaan terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.

Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.

Sementara informasi nama Martapura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara, yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan ini.

Kerajaan Kutai Martapura runtuh pada saat Raja ke 21 yang bernama Maharaja Dharma Setia mengalami kekalahan, dan gugur di tangan Raja Kutai Kertanegara Aji Pangeran Sinum Panji,

Raja Aji Pangeran Sinum Panji, kemudian berhasil menyatukan kedua kerajaan Kutai tersebut,

Kemudian nama kerajaannya diubah menjadi Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura yang kemudian menurunkan Dinasti Raja-raja Kutai Kertanegara sampai sekarang.

Dari sumber Prasasti Yupa beraksara Pallawa didapat 3 nama Raja, sementara 2 orang dalam kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara beraksara Arab Melayu.
  • Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman (Pendiri)
  • Maharaja Asmawarman (Anak Kundungga)
  • Maharaja Mulawarman (Anak Aswawarman)
  • Maharaja Indera Mulia (Abad ke-14)
  • Maharaja Dermasatia (Terakhir)
Urutan Raja Kutai Martapura selengkapnya (dari berbagai sumber), yakni:
  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (Pendiri - Nama Kundungga oleh para ahli sejarah diindikasikan sebagai nama asli orang Nusantara yang belum terpengaruh dengan nama budaya India)
  • Maharaja Aswawarman (Anak Kundungga, dengan gelar Wangsakerta - Warman berasal dari bahasa Sanskerta, India bagian Selatan)
  • Maharaja Mulawarman Nala Dewa (Anak Aswawarman - Kerajaan Kutai mengalami Masa Keemasan, dimana wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup makmur dan sejahtera)
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaja Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia (Penutup Dinasti Kerajaan Martadipura tahun 1.605 M)
Dalam Proses Penelitian

Sumber : Dari berbagai sumber
Foto : Istimewa

Kutai Martadipura (301 M - 1.605 M)

Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[1][2] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Prasasti Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:

śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.

Artinya:
“Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana."

Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. 

Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai    Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)

  • Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
  • Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaja Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia
Lain-lain
Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. 

Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu. 

Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai_Martadipura

Seputar Foto-foto Kemerdekaan Indonesia

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Berbicara Kemerdekaan Indonesia, kita juga harus melihat siapa-siapa yang sebenarnya berjuang.

Karena saat ini, banyak pihak yang meng-klaim bahwa kelompoknya mempunyai andil yang besar dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Kebetulan mereka adalah orang-orang yang berpakaian dengan gayannya sendiri.

Karena orang-orang itu berani berbohong demi membela tuhannya, maka mereka membuat lukisan yang memperlihatkan eksistensi mereka, dan para pengikutnya pun terbodohi oleh cerita sejarah yang kelompok ini suguhkan.

Coba lihat adakah mereka ?????
Foto : Istimewa

Seputar PPKI

Sidang PPKI
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Berbicara PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia - dalam bahasa Jepang : Dokuritsu Zyunbi Inkai) pasti tidak telepas dari BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia - dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Chōsa-kai) yang telah dibentuk terlebih dahulu.

Suatu badan yang dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.

Kemudian BPUPKI dibubarkan oleh Jepang, pada tanggal yang sama, yakni tanggal 7 Agustus 1945.

Sidang PPKI  pertama diadakan dalam rangka untuk mengesahkan UUD yang sudah dirancang terlebih dahulu dalam sidang BPUPKI, Juli 1945.

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut:
  • Ir. Soekarno (Ketua)
  • Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
  • Prof. Mr. Dr. Soepomo (anggota)
  • KRT Radjiman Wedyodiningrat (anggota)
  • R. P. Soeroso (anggota)
  • Soetardjo Kartohadikoesoemo (anggota)
  • Kiai Abdoel Wachid Hasjim (anggota)
  • Ki Bagus Hadikusumo (anggota)
  • Otto Iskandardinata (anggota)
  • Abdoel Kadir (anggota)
  • Pangeran Soerjohamidjojo (anggota)
  • Pangeran Poerbojo (anggota)
  • Dr. Mohammad Amir (anggota)
  • Mr. Abdul Maghfar (anggota)
  • Teuku Mohammad Hasan
  • Dr. GSSJ Ratulangi (anggota)
  • Andi Pangerang (anggota)
  • A.A. Hamidhan (anggota)
  • I Goesti Ketoet Poedja (anggota)
  • Mr. Johannes Latuharhary (anggota)
  • Drs. Yap Tjwan Bing (anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:
  • Achmad Soebardjo (Penasihat)
  • Sajoeti Melik (anggota)
  • Ki Hadjar Dewantara (anggota)
  • R.A.A. Wiranatakoesoema (anggota)
  • Kasman Singodimedjo (anggota)
  • Iwa Koesoemasoemantri (anggota)
Tanggal 8 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi.

Hal yang dibahas, dan diubah dalam sidang tanggal 18 agustus 1945
  • Kata Mukadimah diganti menjadi kata Pembukaan
  • Sila pertama yaitu "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "ketuhanan yang maha esa"
  • Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi pasal 29 UUD 1945 yaitu "Nagara berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa"
  • Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam diganti menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.
Sidang-Sidang PPKI:
Sidang 18 Agustus 1945
  • Sidang 18 Agustus 1945
  • Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.
  • Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat sebelum dibentuknya MPR dan DPR.
Sidang 19 Agustus 1945
  • PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945.
  • Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara
  • Membentuk Pemerintahan Daerah. Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur.
Sidang 22 Agustus 1945
  1. Membentuk Komite Nasional Indonesia. Artikel utama: Komite Nasional Indonesia Pusat
  2. Membentuk Partai Nasional Indonesia. Artikel utama: Partai Nasional Indonesia
  3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertujuan agar tidak memancing permusuhan dengan tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggota PETA, Heiho, Seinendan, Keibodan, dan semacamnya.
Sisi Lain (Bukan Kebaikan Jepang)

PPKI dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia, agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui ‘Perjanjian Kyoto’.

Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalath, + 300 km sebelah utara Saigon, tempat kedudukan Jenderal Terauchi, panglima seluruh angkatan perang Jepang di Asia Tenggara.

Tujuan pemanggilan ketiga tokoh tersebut adalah untuk melantik secara simbolis Ir. Soekarno sebagai ketua PPKI, dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketuanya. Acara pelantikan berlangsung pada tanggal 12 Agustus 1945 ketika mereka tiba di Dalat, didahului pidato singkat Terauchi (Merestui pembentukan negeri boneka, red) yang menyatakan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Isi pembicaraan tiga tokoh Indonesia dengan Jendral Terauchi:
  • Pemerintah Jepang memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia segera setelah persiapan kemerdekaan selesai dan berangsur-angsur dimulai dari pulau Jawa kemudian kepulau-pulau lainnya.
  • Untuk pelaksaan kemerdekaan diserahkan kepada PPKI dan telah disepakati tanggal 18 Agustus 1945.
  • Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.
Tanggal 14 Agustus 1945 ketiga orang tersebut kembali ke Jakarta, karena Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki.

Perjalanan Soekarno, Hatta, dan  Radjiman kembali ke Jakarta, singgah terlebih dahulu di Singapura satu malam. Sesampainya di Jakarta disambut oleh rakyat. Saat itu Soekarno mengucapkan pidato singkat sebagai berikut:

“Jika beberapa waktu yang lalu saya mengatakan bahwa akan merdeka sebelum tanaman jagung berbuah, sekarang saya katakan kepada kamu bahwa Indonesia akan merdeka sebelum tanaman tersebut berbunga.”

Setelah pertemuan tersebut  (pertemuan dengan Terauchi, red), PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Para pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman di Hirosima dan Nagasaki. Dimana golongan muda percaya Jepang sudah hampir kalahn, edangkan golongan tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.

Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda, karena menganggap PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath.

Golongan muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang.

Sementara Soekarno-Hatta berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah.

Soekarno melihatnya lebih taktis dan strategis, karena akan menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Oleh sebab itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Literasi Utama

Sumber : Dari Berbagai Sumber
Foto : Istimewa

Seputar Piagam Jakarta

Sidang BPUPKI
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Pada tanggal 22 Juli 1945, disahkan Piagam Jakarta untuk menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Naskah rancangan konstitusi Indonesia, yang disusun pada waktu Sidang Kedua BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945.

Sebelum pengesahan tanggal 18 Agustus 1945, ada nilai-nilai sejarah yang banyak dihapus dari sejarah itu sendiri, yakni:

Para wakil daerah luar Jawa, terutama karena mereka mewakili golongan Agama di luar Islam (Kristen, Hindu Bali, dan lain-lain), merasa keberatan apabila dalam Preambul itu masih ada kalimat yang berbunyi: “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” 

Karena hal tersebut dapat diartikan, bahwa dasar negara Indonesia adalah Islam. 

Mereka menghendaki agar diubah menjadi: “Ketuhanan Yang Maha Esa” saja. 
pasal 6 ayat 1
Para utusan juga menghendaki agar beberapa pasal dalam rencana UUD, antara lain yang menyatakan bahwa Presiden harus seorang Islam, supaya diubah sehingga pasal 6 ayat 1 berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia Asli.”

Menurut mereka (Utusan - red) tujuan perubahan tersebut supaya kita jangan menjadi terpecah-pecah sebagai bangsa, karena itu perlu dihilangkan kalimat-kalimat yang bisa mengganggu perasaan kaum Kristen atau pemeluk agama lain.

Usul perubahan tersebut mendapat perhatian serius dari para mahasiswa, dan mereka segera memperoleh persesuaian pendapat, karena masing-masing telah sama-sama menginyafi, dan benar-benar menginginkan adanya persatuan dan kesatuan bangsa. 

Persoalan tersebut oleh mahasiswa segera diberitahukan kepada Bung Hatta melalui telpon. Bung Hatta setuju untuk membicarakan hal itu sore hari itu juga, tanggal 17 Agustus 1945, pukul 17.00. Untuk menjelaskan persoalan ini, tiga orang diutus menghadap Bung Hatta sore itu, menyampaikan alasan perubahan yang dikemukakan wakil-wakil dari Indonesia Timur.

Ketiga Utusan Mahasiswa itu ialah  Moeljo Hartrodipuro, Piet Mamahit, dan Imam Slamet yang berpakaian seragam Angkatan Laut, sehingga orang mengiranya orang Jepang.

Perubahan-perubahan yang diajukan oleh para utusan ini dapat diterima oleh Bung Hatta, dan akan disampaikan kepada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 esok harinya.

Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Pada 24 Agustus, sesudah dektrit pertama diumumkan, berangkatlah para mahasiswa yang diberi tugas ke daerah-daerah, untuk bersama Pemerintah setempat dan tokoh-tokoh masyarakat membentuk KNI Daerah, dan bersama dengan bekas PETA dan Heiho setempat membentuk BKR, dengan pesan agar merebut senjata dari Jepang.
Sementara itu, Moeljo Hartrodipuro dan Soejono Ms ditugaskan untuk menyerahkan pengangkatan Pak Soedirman sebagai Komandan BKR Poerwokerto, juga untuk pengangkatan Residen Iskak dan Bupati Ganda Soebrata, Soeprapto sebagai Ketua Seinendan di Poerwokerto (Hal. 122, hal 120)

Periode 1945-1949
Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 

Tanggal 16 Oktober 1945, Maklumat Wakil Presiden Nomor X, memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. 

Tanggal 14 November 1945, Dibentuk Kabinet Parlementer yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan penyimpangan UUD 1945.

Periode 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik, sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 

Tanggal 5 Juli 1959, Dekrit Presiden Soekarno, yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR, dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.

MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

Periode 1966-1998  (Dampak Pemberontakan G 30S - Lahir Orde Baru)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan kembali menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

Namun dalam pelaksanaannya terjadi juga penyelewengan UUD 1945 yang mengakibatkan terlalu besarnya kekuasaan pada Presiden.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, diantara melalui sejumlah peraturan: Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Perubahan UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), namun kekuasaan yang sangat besar justru pada Presiden.

Baca juga : Hoax : Brawijaya V Masuk Islam

Adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. 

Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempertegas sistem presidensiil.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
  • Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999
  • Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000
  • Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001
  • Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 1999

(Erwin Wildan)

Literasi Utama

Sumber :
  • Lahirnya Satu Bangsa dan Negara (Penerbit Universitas Indonesia – UI Press – 1997),
  • “Mahasiswa ’45 Prapatan-10: Pengabdiannya 1 – Penerbit Padma Bandung”,  dan dari berbagai sumber
Artikel ini telah tayang di :
https://www.wartamerdeka.web.id/2015/08/sejarah-perjalanan-piagam-jakarta.html
Foto : Istimwa

Seputar Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tulis Tangan
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Pembacaan Teks Proklamasi adalah sebagai tonggak sejarah Kemerdekaan Indonesia. Namun demikian banyak pristiwa penting sebelum dan sesudahnya.

Sementara kita juga tidak boleh melupakan berbagai hal yang mendukung proses tersebut, hingga Teks Proklamasi dapat dibacakan secara utuh.

Sebelum pembacaan teks proklamasi, perundingan pembacaan teks  berlangsung pada pukul 02.00 hingga 04.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945. 

Setelah itu, pada pukul 10.00 WIB teks proklamasi pun dibacakan di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56.

Penyusunan Naskah Teks Proklamasi
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia awalnya direncanaan akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.

Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah Djiaw Kie Siong, sementara Bendera Merah Putih juga sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus 1945, karena mereka yakin esok harinya Indonesia akan merdeka.

Literasi Utama

Sumber : Dari Berbagai Sumber
Foto : Istimewa

Seputar Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa "Penculikan" Rengasdengklok
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Sore 15 Agustus 1945, suasana Jakarta diliputi ketidakpastian. Kabar mengenai menyerahnya Jepang, yang sudah tersebar diantara para kelompok pemuda anti-Jepang. Tetapi belum ada konfirmasi resmi dari otoritas Jepang di Jakarta. Sementara radio resmi Jepang pun berhenti siaran sejak tanggal 14 Agustus.

Atas latar belakang ituilah para aktivis muda di Jakarta, yakin bahwa Jepang sudah menyerah. Golongan muda pun mengadakan perundingan terlebih dahulu, di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta,

Dalam perundingan tersebut diputuskan, agar pelaksanaan kemerdekaan harus terlepas dari segala ikatan, dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang yang direncanakan jatuh pada tanggal 17 September 1945.

Sementara, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia direncanakan oleh para pemuda akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.

Jadilah, pada subuh hari tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta dibawa / diculik ke Rengasdengklok.

Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu (rumah Djiaw Kie Siong), Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok mulai hari Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka yakin esok hari Indonesia akan merdeka.

Untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia  (yang direncanakan Jepang jatuh pada tanggal 17 September 1945), sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Melalui negosiasi yang alot, akhirnya diperoleh kesepakatan, dan memutuskan sebuah persetujuan, yang dinamakan "Persetujuan Rengas Dengklok". Dimana Sukarno-Hatta berjanji akan turut dan sedia menanda tangani proklamasi kemerdekaan rakyat, tetapi dengan syarat harus di tanda tangani di Jakarta.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur, dan pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Info Penting

  • 14 Agustus 1945, Radio resmi Jepang berhenti siaran
  • 15 Agustus 1945, Kabar menyerahnya Jepang, tetapi belum ada konfirmasi resmi dari otoritas Jepang di Jakarta
  • 16 Agustus 1945, Pembacaan Proklamasi Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong, yang direncanakan oleh golongan muda
  • 17 September 1945, Tanggal kemerdekaan Indonesia janji dari Jepang
Literasi Utama

Sumber : Berbagai Sumber
Foto : Istimewa

Seputar BPUPKI

Seputar BPUPKI
Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) – Pada tanggal 17 Juli 1945, BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)  menyelesaikan sidangnya dan menerima Rancangan Undang-Undang Dasar.

Dari tinjauan sejarah, dapat dikatakan saat inilah untuk pertama kalinya Bangsa Indonesia mempunyai "Dasar Negara" dan "Rancangan Hukum Dasar Tertulis".

Selanjutnya tugas BPUPKI akan diteruskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk untuk melanjutkan tugas BPUPKI. Dimana tugas utama PPKI adalah membahas kembali dan mengesahkan rancangan UU Dasar dari BPUPKI. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi tepat pada tanggal 18 Agustus 1945.

PPKI merupakan badan yang dibentuk Jepang untuk menjawab janji kemerdekaan Indonesia. Badan ini dirancang oleh Komando Militer Tertinggi Jepang dalam sebuah pertemuan rahasia di Saigon, Vietnam Selatan, pada 7 Agustus 1945. 

'Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis", itulah pepatah yang biasa dikenal dalam sebuah kelakar politik maupun bisnis. Di balik pemberian Jepang tersebut, Jepang menghendaki jaminan imbalan atas kemerdekaan yang diberikan. Mereka ingin Indonesia mendukung Jepang menghadapi musuh-mush Jepang, yang saat itu sedang menghadapi kekalahan, pasca peristiwa pengeboman atom Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Oleh karena itu, Jepang mendekati kaum nasionalis dari golongan tua, khususnya Sukarno. Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Pasukan Jepang di Asia Tenggara, secara rahasia menerbangkan Bung Karno ke Saigon untuk dilantik sebagai ketua PPKI.

Soekarno didampingi oleh Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat, bersama puluhan pembesar militer Jepang tersebut. Secara berurutan, mereka kemudian dilantik sebagai ketua, wakil ketua dan perwakilan anggota PPKI.

Menurut ingatan Bung Karno, sebelum diberi tahu bahwa salah satu kota terpenting di Jepang telah rata akibat bom atom, baik dirinya maupun Hatta tidak mengerti apa yang sedang direncanakan oleh Jepang.

Terauchi hanya memberi tahu bahwa Tenno Heika (Kaisar Jepang) menyerahkan proses kemerdekaan sepenuhnya kepada bangsa Indonesia. Untuk itu, Terauchi setuju untuk tidak melibatkan orang-orang Jepang dalam PPKI.

Sukarno mencerna perkataan Terauchi dan menurutnya rencana memproklamasikan kemerdekaan, serta mengesahkan rancangan UU Dasar yang menjadi tugas PPKI, harus dilakukan secara perlahan tanpa pertumpahan darah.

Namun setelah Sukarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat kembali ke Indonesia, para anggota PPKI bersepakat untuk menyelenggarakan sidang pertama pada 16 Agustus 1945.

Keputusan tersebut diambil, setelah penetapan nama-nama pengurus yang terdiri dari 21 orang. Dimana mereka terdiri dari perwakilan-perwakilan dari seluruh wilayah Nusantara.

Niat Sukarno untuk berhati-hati dalam merencanakan kemerdekaan, mendapat tentangan keras dari golongan muda, seperti Sutan Sjahrir, Wikana, dan Chairul Saleh terang-terangan menentang sikap lunak yang ditunjukan Dwitunggal Sukarno-Hatta. Bahkan, mereka mulai menuduh Sukarno berada di pihak Jepang.

Hal ini berlanjut pada 'Peristiwa Rengasdengklok'

Info Penting
  • 17 Juli 1945, BPUPKI menyelesaikan sidangnya dan menerima Rancangan Undang-Undang Dasar.
  • 7 Agustus 1945 PPKI dibentuk Jepang untuk menjawab janji kemerdekaan Indonesia, yang dirancang oleh Komando Militer Tertinggi Jepang dalam sebuah pertemuan rahasia di Saigon, Vietnam Selatan.

Sumber : Dari berbagai sumber
Foto : Istimewa

Peristiwa Atlantis - 9.600 Tahun SM

Literasi Utama
Manado (PerpustakaanTanahImpian) - Menurut Santos, bahwa peristiwa tenggelamnya benua Atlantis berlangsung sekitar 11.600 tahun yang lalu. Peristiwa ini menyebabkan hilangnya Atlantis, dan membinasakan sekitar 20 juta penduduknya, yang pada waktu itu sudah menerapkan kebudayaan modern. 

Sedangkan  penduduk yang masih dapat selamat, menyelamatkan diri mereka dengan menggunakan perahu. Peristiwa migrasi dengan perahu ini, digambarkan pula dalam simbol-simbol suku Mesir kuno, Inca Maya Aztec dan beberapa tradisi kuno.

Karena besarnya peristiwa tersebut, zaman es pleistosen yang saat itu terjadi selama beberapa ribu tahun menjadi berakhir. Es yang selama itu melingkupi mayoritas permukaan bumi mencair karena tertutup abu. 

Abu hasil letusan pilar Herkules yang setelah diteliti lebih lanjut secara literal, khususnya karya Plato, menurut Santos, yang disebut "Pilar" tersebut adalah gunung "Krakatau Purba". Adapun pilar Herkules yang lainnya adalah gunung "Dempo".

Besarnya letusan Krakatau tersebut, mengakibatkan terbelahnya pulau Jawa dan pulau Sumatera (yang dahulunya adalah sebuah pulau). Peristiwa Krakatau ini, bak air mancur raksasa yang menyemburkan air ke angkasa, menciptakan hujan besar dan badai, mengakibatkan Tsunami, mencairkan Es, sehingga menaikkan permukaan air laut hingga sekitar 200 meter. 

Hal ini mengakibatkan Atlantis tenggelam sekitar 150 – 200 meter di bawah permukaan air..

Beberapa ciri yang disebutkan oleh Santos, dari literatur tulisan Plato adalah sbb :
Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Adapun bukti bahwa tenggelamnya hanya di kisaran 200 meter, diyakini oleh Santos dari peta Bathymetri Indonesia yang memiliki perairan dangkal di sekitar pulau-pulaunya khususnya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Keyakinan Santos, bahwa letak Atlantis tersebut aalah di Indonesia, menjadi lebih kuat lagi, adalah setelah terjadinya Tsunami besar yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu.

Untuk membuktikan hal ini, Santos menyarankan, agar melakukan penelitian bawah laut di kedalaman 150 – 200 meter di perairan Indonesia, khususnya di lautan Jawa.

Bila memang pada akhirnya terbukti bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Menurut Santos, hal ini akan menjungkirbalikkan klaim dunia Barat, khususnya Eropa, bahwa segala Kebudayaan dan Kemajuan berasal dari sana.

Literasi Utama

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Atlantis, www.atlan.org, dan berbagai sumber lainya
Sumber 9.500 Tahun SM : http://id.wikipedia.org/wiki/Atlantis

Foto : Istimewa

Atlantis di Dasar Laut Jawa

Literasi Utama
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Selama berbulan-bulan Kapten Hans Berekoven berkeliaran di perairan Laut Jawa pada pertengahan 1990-an. Dia menakhodai kapal survei seismik Angkatan Laut Australia, yang bekerja untuk dua perusahaan minyak internasional, Arco dan Conoco. Survei seismik adalah metode umum untuk meneliti struktur tanah di bawah permukaan laut, khususnya yang terkait dengan eksplorasi minyak, gas alam, dan mineral lain.

Quote:
"Wah, betapa dangkal Laut Jawa ini. Kedalamannya sekitar 60 meter di mana-mana. Menurut pengetahuan ilmiah saya, pastilah ada dataran kering selama Zaman Es di sini," kata Hans pada akhir Oktober lalu di Jakarta.

Laut Jawa adalah bagian dari Paparan Sunda yang terendam setelah Zaman Es berakhir. Paparan Sunda adalah bentangan dataran yang merupakan perpanjangan ke selatan dari dataran Asia Tenggara. Sebagian besar dataran itu kini ditutupi laut-laut dangkal, termasuk Laut Cina Selatan, Teluk Thailand, dan Laut Jawa, dengan kedalaman rata-rata kurang dari 100 meter.

Luas paparan diperkirakan mencapai 1,8 juta kilometer persegi. Pada Zaman Es, yang berlangsung ribuan tahun lalu hingga berakhir secara tiba-tiba pada 12 ribu tahun silam, seluruh paparan berada di permukaan laut. Ini terlihat dari sisa-sisa alur sungai yang telah dikenali. Satu jalur melintang ke utara menuju Laut Cina Selatan. Satu jalur ke timur menuju Dangkalan Sunda dan Terusan Flores.Keberadaan paparan ini pertama kali dilaporkan G.W. Earl pada 1845.

Hans sudah tahu soal paparan ini dan perkiraan beberapa ilmuwan bahwa di paparan inilah spekulasi Atlantis, kota legenda yang disebut-sebut filsuf Plato dalam Timaeus dan Critias, berada. Hans telah membandingkan berbagai hasil penelitian yang dilakukan beberapa ilmuwan, termasuk analisis Arysio Santos dan Stephen Oppenheimer dalam Eden in the East, mengenai Zaman Es.

Menurut Hans, Zaman Es terjadi karena letusan megagunung berapi di Sumatera pada 70 ribu tahun lalu. Danau Toba adalah kawah yang tersisa dari letusan ini. Abu vulkaniknya terlempar ke atmosfer dan mengelilingi dunia, yang mencegah sinar matahari masuk dan mengakibatkan penurunan suhu secara global. Tudung es Kutub Utara melebar ke selatan hingga 50 derajat Lintang Utara. Sebagian besar Eropa ditutupi lapisan es tebal, yang di beberapa bagian mencapai ketebalan dua ribu meter.

"Ketika iklim dunia sangat dingin, kawasan Asia sangat hangat dan subur. Permukaan air laut berada 150 meter lebih rendah daripada sekarang. Hal ini mendorong manusia nomaden di Cina, India, dan kawasan Asia lain bermigrasi ke Paparan Sunda, sehingga paparan ini menjadi pusat konsentrasi peradaban," kata Hans.

Sumber Gambar : http://www.sayangi.com/media/k2/items/cache/387550f7343f4deb93ee23f25519aa16_XL.jpg

Lahan subur yang terbatas di Paparan Sunda ini memaksa suku-suku nomaden itu mengubah budaya mereka, dari bangsa pengembara menjadi bangsa penetap yang mengembangkan cara bercocok tanam dan memelihara binatang. "Jadi pertanian dan peternakan ditemukan di sini, di Indonesia, bukan di Mesopotamia," katanya. Selama ini peradaban terorganisasi dianggap pertama kali berkembang di Mesopotamia pada 5.500 tahun lalu.

Namun, setelah berlangsung lebih dari 60 ribu tahun, Zaman Es tiba-tiba berakhir. Es mencair secara besar-besaran yang dimulai pada 10 ribu tahun sebelum Masehi. Mengapa demikian? Para ilmuwan berbeda pendapat mengenai jawabannya. Adapun Hans memilih teori benturan asteroid. Dalam teori ini, sebuah asteroid raksasa diduga menghantam pesisir Amerika Utara di Samudra Atlantik pada 12 ribu tahun lalu. Letusan ini mengakibatkan pemanasan global yang mencairkan tudung es Kutub Utara, yang menyebabkan banjir bandang yang menenggelamkan sebagian Paparan Sunda.

Tenggelamnya sebagian kawasan subur ini menenggelamkan pula tanda-tanda peradaban awal di Asia. Seberapa jauh peradaban itu berkembang juga belum bisa diketahui. Namun, dari data seismik yang diperoleh saat menyelidiki Laut Jawa, Hans melihat adanya tanda-tanda awal peradaban itu. Masalahnya, kata dia, data itu berfokus pada 1.000 meter di bawah dasar laut. "Tapi, jika Anda memanipulasi data itu dengan perangkat lunak khusus, Anda dapat melihat 'tonjolan' 10 meter, meskipun kabur dan kualitasnya kurang baik," kata Hans.

Selain itu, kata dia, survei tersebut dilakukan bukan pada titik-titik terbaik, yakni menyusuri bekas sungai kuno di dasar Laut Jawa. "Karena data saya tak cukup memadai dan perusahaan minyak itu juga punya misi yang berbeda dan khawatir akan datanya, saya memutuskan meneliti sendiri," katanya.

Hans Berekoven lantas membelanjakan uang bonus tahunannya dan 2.000 wol halus Morinos miliknya untuk membeli kapal Southern Sun dan berlayar ke Laut Jawa. Dia dan istrinya, Rose, serta dua anaknya, Tristan, 15 tahun, serta Hannah, 8 tahun, berangkat ke Bali, tempat mereka membangun basis untuk pengisian bahan bakar, pasokan, dan sekolah bagi kedua anak mereka pada 2005.

Proyek Arkeologi Paparan Sunda, demikian nama proyek mereka, menggunakan kapal sepanjang 19 meter yang dilengkapi peralatan sonar dan kapal selam mini jarak jauh. Sonar itu dapat merekam kawasan seluas 200 meter persegi dan kedalaman sekitar 60 meter. Adapun kapal selam mininya membantu merekam dan mendekati obyek-obyek di dalam laut. "Saya menjalankannya seperti petani menggarap sawah, sepetak demi sepetak, untuk memetakan permukaan dasar laut," kata Hans.

Quote:
Dia lalu mendekati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk membantu usahanya. Semula, menurut dia, Indonesia kurang tertarik pada tawarannya itu. "Belakangan pihak Indonesia setuju dengan syarat proyek ini harus menggunakan kapal penelitian mereka yang besar," katanya.

Naskah kerja sama antara Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Spasial Nasional (Bakosurtanal) dan Southern Sun Sonar and Mapping itu ditandatangani pada 22 Maret 2006 oleh Sekretaris Utama Bakosurtanal Sukendra Martha dan Hans Berekoven. Masalahnya, kata Hans, menggunakan kapal besar kemudian biayanya tambah besar. "Saya tak punya cukup dana untuk itu," katanya. Akhirnya kerja sama itu batal.

Karena tak dapat mengantongi izin survei dari pemerintah Indonesia, Hans dan kapal kecilnya, Southern Sun, berbelok ke Malaysia dan membangun markas di Miri, Sarawak. Hans dan Rose kini menjelajahi perairan Malaysia dan Kalimantan. Tapi Hans masih yakin bahwa bukti peradaban kuno itu tersimpan di balik timbunan lumpur di dasar Laut Jawa.

Keyakinannya ini bertambah tebal ketika ia mendengar soal temuan kota kuno di bawah air di Teluk Cambay di pantai barat India pada 2002. Dia pun segera ke sana. National Institute of Ocean Technology, lembaga milik pemerintah India yang menangani penelitian kelautan, telah melakukan survei dengan sonar di Teluk Cambay sejak 1999. Badrinaryan, ketua tim penelitian ini, mencatat bahwa dia menemukan bentuk-bentuk tak biasa dari citra sonar. "Bentuk-bentuk lingkaran dan bujur sangkar dalam tatanan geometris itu tak mungkin ada di laut," tulis Badrinaryan di situs Graham Hancock, situs yang banyak memuat analisis tentang misteri peradaban kuno.

Artefak itu berada di kedalaman 40 meter dan 20 kilometer dari pantai. Yang mengejutkan adalah hasil pengujian karbon untuk penentuan usia artefak itu, yang dilakukan oleh beberapa lembaga di India; Oxford University, Inggris; dan Hannover, Jerman. Beberapa benda artefak itu bertitimangsa hingga 19 ribu tahun yang lalu, yang berarti berada di Zaman Es. Beberapa pecahan tembikar yang diteliti Oxford University diperkirakan telah berusia 16 ribu tahun. Hal ini membuatnya jadi tembikar tertua, yang menggeser posisi tembikar Jomon dari Gua Fukui di Kyushu, Jepang, yang berusia 12 ribu tahun.

Temuan itu juga mengungkap bahwa peradaban kuno di Teluk Cambay telah mampu membuat tembikar dan membakarnya pada 16 ribu tahun lalu. Mereka juga telah membangun kota di tepi sungai dan rumah-rumah dalam susunan yang teratur. Di kota kuno itu juga ditemukan biji-biji makanan yang sudah jadi fosil, yang menunjukkan bahwa mereka melakukan budi daya pertanian. Hans dua kali ke India dan memotret artefak-artefak itu. "Mesopotamia sebagai peradaban tertua jadi tak ada artinya sekarang," katanya.

"Kota di bawah laut Teluk Cambay itu merupakan bagian benua yang tenggelam pada Zaman Es. Setiap negara punya yang seperti ini dan Indonesia memiliki bagian yang terbesar," kata Hans. Ia masih berharap kapalnya, Southern Sun, dapat memindai Laut Jawa dan menemukan sebuah kota kuno di dasarnya.
Sumber ; http://segalaberita.com/index.php/features/knowing/671-ada-kota-purba-yang-tenggelam-di-dalam-laut-jawa

Foto : Istimewa

Garis Waktu Nusantara - Indonesia

Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Agar lebih mudah melihat sejarah Nusantara, maka dengan Garis Waktu ini, diharapkan Anda dapat mengurutnya sendiri tahun-tahun Peradaban Nusantara
900 M:
900: Berdirinya Kerajaan Sumedang Larang
901: Berdirinya Kesultanan Luwu
923: Berdirinya Kerajaan Pajajaran    Bogor, Jawa Barat
932 M - 1579 M: Kerajaan Sunda (Sunda Wiwitan, Hindu, Budha)
960: Pura Tirta Empul, terletak di sebelah timur di bawah Istana Tampaksiring. Sebuah prasasti yang tersimpan di Desa manukkaya menerangkan Pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayangsingha Warmadewa di daerah Manukkaya. Prasasti ini tertulis angka Tahun 960 M (882 Saka).

1000 M:
1009 M: Berdirinya Kerajaan Kahuripan    Jawa Timur
1042 M: Berdirinya Kerajaan Janggala    Sidoarjo, Jawa Timur
1042 M - 1221 M: Berdirinya Kerajaan Kadiri/Panjalu    Kediri, Jawa Timur
1076 M: Berdirinya Kerajaan Tidung    Tarakan, Kalimantan Timur

1100 M:
Kerajaan Singapura Awal dari Kerajaan Cirebon

1200 M:
Islam mulai muncul di Aceh
1222 M: Ken Arok menyerang Kerajaan Kediri, dan membunuh Kertajaya, lalu mendirikan Kerajaan Singhasari
1257 M: Baab Mashur Malamo mendirikan Kerajaan Ternate di Maluku
1275-1290 M: Kertanegara melakukan Ekspedisi "PaMalayu" melawan Kerajaan Melayu di Sumatra
1292 M: Jayakatwang membunuh Kertanegara, dan Kerajaan Singhasari berakhir
1293 M: Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya di Jawa Timur. Mongolia (Kublai Khan dari Dinasti Yuan) bermaksud menyerang Kertanegara yang notabene sudah digantikan oleh Jayakatwang;
Dengan taktik perang Raden Wijaya, akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Mongol

1300 M:
1309 M: Raja Jayanegara menggantikan Raden Wijaya sebagai penguasa Majapahit
1328 M: Tribhuwana Wijayatunggadewi menggantikan Jayanegara sebagai raja Majapahit
1350 M: Hayam Wuruk, menggantikan Tribhuwana Wijayatunggadewi. "Era Keemasan", Patih Gajah Mada menyatukan Nusantara
1365 M: Kakawin Jawa kuna Nagarakertagama ditulis
1377 M: Majapahit mengirimkan ekspedisi hukuman terhadap Palembang. Pangeran Palembang, Parameswara (kemudian dikenal Iskandar Syah) melarikan diri, dan menemukan jalan ke Malaka dan membangunnya sebagai pelabuhan internasional
1389 M: Wikramawardhana menggantikan Sri Rajasanagara sebagai penguasa Majapahit

1400 M:
1404-1406 M: Perang Paregreg antara Bhre Wirabhumi melawan Wikramawardhana
1415 M: Armada Laksamana Cheng Ho berlabuh di Muara Jati, Cirebon
1429 M: Ratu Suhita menggantikan Wikramawardhana sebagai penguasa Majapahit
1447 M: Kertawijaya, bergelar Brawijaya I menggantikan Suhita sebagai penguasa Majapahit.
1451 M: Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II menggantikan Kertawijaya sebagai penguasa Majapahit
1453 M: Pemerintahan Rajasawardhana berakhir.
1456 M: Girindrawardhana (atau Purwawisesa) menjadi penguasa Majapahit.
1466 M: Singhawikramawardhana (atau Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa), menggantikan Purwawisesa sebagai penguasa Majapahit
1468 M: Bhre Kertabhumi (Prabu Brawijaya) atau dikenal dengan Brawijaya V menjadi penguasa Majapahit

1500 M:
1509 - 1595 M:  Portugis hanya menjajah Maluku, dan berhasil diusir tahun 1595.
1511 M: Portugis menaklukkan kota Melaka
1582 M: Berdirinya kerajaan Mataram yang dipimpin Panembahan Senopati
1596 M: Bangsa Belanda pertama kali tiba di wilayah Nusantara ketika sebuah armada yang dipimpin oleh Cornelius de Houtman berlabuh di Banten

1600 M:
1602 - 1942 M: Belanda menjajah seluruh Indonesia, dan berhasil diusir tahun 1942
1602 M: Armada Inggris sampai di Banten dan berhasil mendirikan Loji di sana.
1613 M: Inggris berdagang dengan Makassar (kerajaan Gowa)
1614 M: Inggris mendirikan loji di Batavia (jakarta).
1641 M: Pembantaian penduduk Kepulauan Banda oleh VOC dalam rangka mendapatkan monopoli pala
1667, 18 November M: Perjanjian Bungaya ditandatangani di Bungaya, Gowa antara pihak Kesultanan Gowa dengan pihak Hindia Belanda.

1700 M:
1740, 9 Oktober M: Pembantaian warga Tionghoa di Kaliangke di Batavia
1755, 13 Februari M: Perjanjian Giyanti dimana Kerajaan Mataram dibagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta
1799, 31 Desember M: Vereenigde Oost-Indische Compaigne (VOC) dibubarkan

1800 M:
1803 - 1838 M: Perang Padri
1806 - 1811 M: Perancis secara tidak langsung menguasai Jawa, karena kerajaan Belanda takluk pada kekuatan Perancis. Berakhir pada tahun 1811, saat Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di Pulau Jawa. Diberlakukan Perjanjian Tutang.
1811 - 1816 M: Inggris resmi menjajah Indonesia lewat perjanjian Tuntang, dimana perjanjian tersebut memuat tentang kekuasaan Belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens (gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris.  Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur jenderal di Indonesia.
1825-1830 M: Perang Diponegoro
1873, 26 Maret M: Dimulainya Perang Aceh
1894 M: Perang Lombok

1900 M:
1904 M: Inggris mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda
1909 M: Inggris mendirikan pos di Sukadana Kalimantan

1942 M:
1942 - 1945 M: Jepang menjajah Indonesia 3,5 tahun, dan berakhir pada 1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu.
11 Januari: Tentara Jepang tiba di daerah Kota Tarakan, Kalimantan Timur
5 Maret : Belanda menyerah kalah dari Jepan

1945 M:
1 Juni: Hari lahirnya Pancasila
16 Agustus: Peristiwa Rengasdengklok
17 Agustus: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
18 Agustus: Sidang pertama PPKI menghasilkan tiga keputusan; Pertama, mengesahkan UUD 1945. Kedua, mengangkat Soekarno sebagai Presiden RI dan Hatta sebagai wakilnya. Ketiga, membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu kerja presiden

1947 M:
21 Juli-5 Agustus M: Belanda melancarkan agresi militer pertamanya

1948 M:
17 Januari: Perjanjian Renville
19 Desember - 1949, 5 Januari: Belanda melancarkan agresi militer keduanya

1949 M:
23 Agustus-2 November: Konferensi Meja Bundar dilangsungkan di Den Haag, Belanda antara Indonesia dan Belanda sebagai cara untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan

1950 M:
29 Januari: Jenderal Sudirman meninggal pada usia 34
25 April: Republik Maluku Selatan diproklamirkan di Ambon
27 September: Indonesia menjadi anggota ke-60 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa

1953 M:
Borneo digantinama menjadi Provinsi Kalimantan

1955 M:
18 April-24 April: Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dilaksanakan di Bandung

1956 M:
Kalimantan dibagi menjadi Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat

1962 M:
24 Agustus-4 September M: Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV

1963-1965 M:
Konfrontasi dengan Malaysia

1964 M
27 Agustus: Soekarno membentuk Kabinet Dwikora

1965 M:
7 Januari: Indonesia keluar dari keanggotaan PBB
30 September: Gerakan 30 September
13 Desember: Devaluasi Rupiah untuk mengendalikan inflasi
Oktober 1965 M - Maret 1966 M: Penumpasan PKI, mengakibatkan lebih kurang 500.000 jiwa terbunuh

1966 M:
24 Februari: Soekarno membentuk Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan atau Kabinet Dwikora II
11 Maret: Penandatanganan Supersemar
28 Maret: Soekarno membentuk Kabinet Dwikora III
11 Agustus: Indonesia dan Malaysia sepakat memulihkan hubungan diplomatik
28 September: Indonesia kembali bergabung dalam PBB
   
1967M:
12 Maret: Soeharto diangkat menjadi Pejabat Presiden Indonesia, ironinya Sukarno menjadi tahanan rumah

1968M:
27 Maret: Soeharto resmi menjadi Presiden Indonesia
   
1969 M:
Papua bergabung dengan Indonesia, setelah dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)

1970 M:
21 Juni: Soekarno meninggal dunia dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur

1971 M:   
3 Juli: Pemilihan Legislatif Indonesia yang kedua kali (pertama kali dibawah Orde Baru) dilaksanakan. Golkar menang.
   
1973 M:
Pemerintah menciutkan jumlah partai politik menjadi tiga. PDI (partai nasionalis dan Kristen). PPP (partai Islam). Sistem tiga partai didominasi oleh Golkar

1975 M:
April: Terjadinya perang sipil di Timor Leste
7 Desember: Indonesia melancarkan invasi ke Timor Leste
   
1976 M:
17 Juli: Timor Leste menyatu dengan Indonesia, menjadi Provinsi Timor Timur
Dimulainya Gerakan Aceh Merdeka

1980 M:
Mei: Petisi 50 yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto diterbitkan

1982-1983 M:
Terjadinya penembakan misterius (Petrus) yang menewaskan ribuan orang tersangka kriminal

1985 M:
Pemerintah mewajibkan semua organisasi untuk mengadopsi Pancasila sebagai asas tunggal

1988 M:
Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden untuk kelima kalinya

1989 M:
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mulai aktif kembali setelah sempat diredam

1992-1993 M:
Pemimpin perlawanan Timor Timur Xanana Gusmao ditangkap oleh Prabowo Subianto dan diadili serta dihukum
   
1993 M:
Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden untuk yang keenam kalinya

1996 M:
27 Juli: Peristiwa penyerangan kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) (Peristiwa 27 Juli)
   
1998 M:
11 Maret: Soeharto terpilih kembali untuk yang keenam kalinya
12 Mei: empat mahasiswa terbunuh dalam demonstrasi terhadap rezim Soeharto di Universitas Trisakti
13 Mei-15 Mei: Kerusuhan besar terjadi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang mengakibatkan ribuan orang tewas, sejumlah wanita tionghoa diperkosa, dan terjadinya penjarahan di pusat-pusat perbelanjaan
21 Mei: Soeharto mundur, dan Habibie mengambil alih jabatan Presiden

1999 M:
7 Juni 1999: Pemilu pertama dilaksanakan pada era Reformasi
September: Referendum di Provinsi Timor Timur di bawah naungan PBB dengan hasil empat per lima memilih berpisah dari Indonesia dibandingkan bersatu dengan Indonesia
20 Oktober: Gus Dur resmi diangkat menjadi Presiden RI

2001 M:
Februari: Kerusuhan etnis terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah, antara Dayak dan Madura.
23 Juli: Megawati secara resmi menjadi Presiden Indonesia ke-5, menggantikan Gus Dur, yang diberhentikan MPR.
23 September: sebuah bom meledak di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta.
   
2002 M:
20 Mei: Timor Timur resmi merdeka dengan nama Timor Leste.
12 Oktober: Bom Bali
Desember: Pemerintah dan GAM menandatangani kesepakatan damai di Jenewa, Swiss
  
2003 M:
19 Mei: Pembicaraan damai antara Pemerintah dan GAM gagal, militer Indonesia melancarkan operasi militer di Aceh
5 Agustus: Sebuah bom mobil meledak di depan Hotel Mariott di Jakarta

2004 M:
April: Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004
Juli: Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2004. Dimenangkan oleh pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
9 September: Bom Kedubes Australia.
30 November: Terjadi kecelakan pesawat terbang Lion Air Penerbangan 538 di Solo yang menewaskan 26 orang. Keamanan penerbangan-penerbangan murah di Indonesia mulai disorot
26 Desember: Tsunami menghantam Sumatera dan menewaskan lebih dari 160.000 jiwa.

2005 M:
28 Mei: Dua ledakan bom mengguncang Pasar Sentral Tentena, Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, menewaskan sedikitnya 20 orang
17 Juli: Pemerintah Indonesia mengadakan kesepakatan damai dengan Gerakan Aceh Merdeka.
15 Agustus: Pemerintah Indonesia dan GAM kembali berunding. Perjanjian damai berhasil ditandatangani dan secara resmi mengakhiri gerakan separatis GAM
1 Oktober: Bom Bali II
29 Oktober: Tiga siswi SMU di Poso yang sedang berjalan ke sekolah Kristen dipenggal oleh sekelompok orang tak dikenal
9 November: Penyergapan Polri di sebuah vila di Kota Batu; menewaskan Dr. Azahari, buronan teroris dari Malaysia
31 Desember: Bom di Palu menewaskan enam orang

2006 M:
6 Januari: Terjadinya Insiden perbatasan Timor-Timur yang kedua kali
13-15 Februari: tujuh anggota Bali Nine divonis hukuman seumur hidup dan dua dijatuhi hukuman mati. Setelah melalui banding dan kasasi akhirnya tujuh dijatuhi hukuman mati dan dua seumur hidup
27 Mei: Gempa bumi mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya mengakibatkan sedikitnya enam ribu orang meninggal dunia.
Sejak 27 Mei: Bencana Banjir lumpur panas Lapindo melanda Sidoarjo

2009 M:
30 September: Gempa bumi 7,6 SR mengguncang Sumatera Barat menewaskan sedikitnya 1.117 orang
20 Oktober: Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali sebagai Presiden RI periode 2009-2014. Didampingi oleh Prof. Dr. Boediono, M.Ec., sebagai wakil Presiden
22 Oktober: Pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu II

2010 M:
14 April: Kerusuhan Koja mengakibatkan sedikitnya tiga tewas dan ratusan luka-luka
1 Mei - 15 Juni: Sensus Penduduk Indonesia 2010, yang merupakan sensus penduduk Indonesia ke-6 setelah Indonesia merdeka
26 September - 29 September: Kerusuhan Tarakan, merupakan kerusuhan antar suku yaitu Suku Tidung sebagai suku asli dan suku pendatang yaitu Suku Bugis
25 Oktober: Gempa bumi dengan kekuatan 7,7 SR yang disertai Tsunami melanda Mentawai mengakibatkan 286 meninggal dan 252 hilang
26 Oktober: Gunung Merapi meletus mengakibatkan 28 tewas, termasuk juru kuncinya, yakni Mbah Maridjan

2011 M:
6 Februari: Penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyyah di Cikeusik menewaskan sedikitnya 3 orang.
18 Oktober: Perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II
11 November: Pembukaan SEA Games 2011

Budaya Arab Ternyata Warisan dari Budaya Agama Kristen