Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Banyak versi mengenai Walisongo, olehkarenannya kami mencoba mengumpulkan dari berbagai sumber, agar cerita atau sejarah mengenai Walisongo dapat kami sajikan dengan gamblang.
Jelilah Membaca, Pintarlah Mencerna
Jelilah Membaca, Pintarlah Mencerna
Sapto Satrio Mulyo
Walisongo atau Walisanga:
Sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14, di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Jawa Timur (Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban), Jawa Tengah (Demak-Kudus-Muria), dan Jawa Barat (Cirebon).
Era Walisongo adalah era bergantinya Budaya Nusantara yang dipengaruhi oleh Hindu-Budha menjadi dipengaruhi oleh Islam.
Mereka berperan sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Pulau Jawa.
Arti Kata Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo, antara lain:
- Arti dalam bahasa Jawa, Walisongo adalah Sembilan wali, dengan jumlah wali yang ada adalah Sembilan orang
- Arti dalam bahasa Arab, bahwa kata songo/sanga berasal dari kata “tsana”yang dalam bahasa Arab berarti “Mulia”.
Mereka yang terdiri dari orang-orang keturunan Arab ini ingin merubah beragam bentuk manifestasi nilai-nilai peradaban masyarakat Jawa, seperti; mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
1. | Sunan Gresik | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 21 | ||
Tempat Kelahiran | : | Samarkand, Asia Tengah / Turki / Arab Saudi / Gujarat (India) / Campa (Kamboja) | * | |
Tahun Kelahiran | : | (L) 1350-an M – (M) 8 April 1419 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Maulana Malik Ibrahim / Sunan Tandhes / Mursyid | ||
Orang Tua | : | Jumadil Kubro + | * | |
Berdakwah | : | Pendidikan Agama | ||
Karya | : | |||
Segmen Penyebaran Agama | : | Golongan masyarakat Pulau Jawa yang tersisihkan, pada akhir kekuasaan Majapahit | ||
Wilayah Penyebaran Agama | : | Sekitar Gresik |
Lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Ia dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa.
Berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara, dan membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik.
Anak dari dari Maulana Jumadil Kubro (Keturunan ke 10 dari Husein / Cucu Nabi Muhammad SAW)
Memiliki, 3 isteri;
- Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak; Maulana Moqfaroh, dan Syarifah Saroh
- Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak; Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad
- Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak; Abbas, dan Yusu
2. | Sunan Ampel | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 22 | ||
Tempat Kelahiran | : | Champa (Kamboja) | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1401 M – (M) 1481 M | ||
Nama Lahir / Nama Alias | : | Bong Swi Hoo / Raden Rahmat | * | |
Orang Tua | : | Ibrahim Zainuddin Al-Akbar + Dewi Condro Wulan | ||
Berdakwah | : | Dunia Pendidikan Agama | ||
Karya | : | Perancang Mesjid Demak | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Masyarakat Umum | ||
Wilayah Penyebaran | : | Ampel Surabaya |
Nama lahirnya adalah Bong Swi Hoo, yang kemudian diberi gelar Sunan Ampel lahir di Champa (Kamboja) 1401 M, adalah anak dari Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dengan Dewi Condro Wulan binti Raja Champa keturunan terakhir dari Dinasti Ming.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa.
Menggalakan kembali istilah Molimo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon), 2 Orang muridnya yang sangat terkenal yaitu mbah Sholeh (Penjaga Masjid Ampel) dan mbah Bolong (Melubangi pengimaman untuk melihat ka’bah/arah kiblat dalam pembangunan Masjid Ampel)
Makam Sunan Ampel teletak tepat di belakang Masjid Ampel, Surabaya
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Ampel merupakan keturunan Tionghoa.
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Ampel merupakan keturunan Tionghoa.
3. | Sunan Giri | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 23 | ||
Tempat Kelahiran | : | Blambangan (Banyuwangi) | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1442 / 1443 M – (M) 1506 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Raden Paku / R. Ainul Yakin / Jaka Samudra | ||
Orang Tua | : | Maulana Ishaq + Dewi Sekardadu | ||
Berdakwah | : | Dengan Kesenian | ||
Menggubah | : | Mainan Cublak-cublak Suweng | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Kaum Priyayi | ||
Wilayah Penyebaran | : | Di luar jawa; Madura, Bawean, Nusa, Tenggara, Maluku |
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu (Putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan).
Sunan Giri adalah murid dari Sunan Ampel, yang juga seperguruan dengan Sunan Bonang.
Mendirikan pemerintahan di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya menjadi pusat Dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia Timur, sampai ke kepulauan Maluku.
Salah satu keturunannya yang terkenal adalah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
Sunan Giri lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo Orek Werdaning Ratu” (1365 Saka / 1442 M), dan wafat tahun Saka Candra Sengkala “Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428 Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa
4. | Sunan Gunung Jati | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 23 | ||
Tempat Kelahiran | : | Palestina | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1448/1450 M – (M) 1568/1569 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Syarief Hidayatulloh / Syech Maulana Jati / Syekh Maulana Akbar | ||
Orang Tua | : | Syarif Abdullah Umdatuddin + Nyai Rara Santang | ||
Berdakwah | : | Pendidikan Agama | ||
Karya | : | Kesultanan Banten | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Masyarakat Umum | ||
Wilayah Penyebarang | : | Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon |
Sunan Gunung Jati putra dari Syarif Abdullah dengan Nyai Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi).
Versi 1
Sunan Gunung Jati adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin (Seorang Mesir - Keturunan ke-17 Nabi Muhammad)
Versi 2
Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar (Musafir dari Gujarat, India yang hijrah ke Tanah Jawa),
Versi 1
Keturunan Nabi Muhammad ke 18
Versi 2
Keturunan Nabi Muhammad ke 23
Makam terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon, Jawa Barat
Ibunda Syech Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang, setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im.
Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar “Maulana Jati” pada tahun 1479.Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan, dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Perjalanan jauh yang ditempuh Sunan Gunung Jati dari Mesir menuju Pulau jawa, dimana selama perjalanannya ia melakukan dakwah menyebarkan agama islam diwilayah-wilayah yang di singgahinya termasuk di China.
Sunan Gunung Jati diriwatkan, memiliki 6 istri:
- Ong Tien Nio (Laras Sumanding) putri dari Kaisar Hong Gie, dikaruniai seorang anak "Pangeran Kuningan" tetapi tidak pernah dirawat oleh sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien, melainkan diadopsi dan dirawat Ki Gede Lurung Agung salah satu murid Sunan, hingga meninggal pada usia belum genap 1 tahun.
- Nyai Ratu Kawunganten, putri bupati Kawunganten Banten, dikaruniai 2 orang anak; Nyai Ratu Winahon dan Maulana Hasanudin, yang kemudian menjadi Sultan Banten. Hubungan dengan Demak terjalin karena Maulana Hasanuddin sendiri, menikahi salah seorang putri Sultan Trenggono, raja Demak ketiga.
- Nyai Babadan, anak Ki Gedeng Babadan, dikaruniai 2 orang anak; Pangeran Trusmi dan Ratu Martasari.
- Nyai Ratu Dewi Pakungwati, putri pamannya, Pangeran Cakrabuwana, tidak dikaruniai keturunan, sang istri wafat ketika dalam peristiwa terbakarnya Masjid Agung Sang Ciptarasa.
- Nyai Ageng Tepasari. Putri Ki Ageng Tepasan (salah seorang pembesar Majapahit yang sudah menjadi keluarga Demak setelah Majapahit runtuh), dikaruniai 2 orang anak; Ratu Wulung Ayu dan Pangeran Pasarean. Dari pernikahannya inilah konon awal dari hubungan kekeluargaan antara Demak dan Cirebon mulai terjalin. Dan hubungan makin terjalin erat dengan Demak, karena Ratu Wulung Ayu pun menikah dengan Pati Unus, yang kemudian menjadi raja Demak kedua menggantikan ayahnya, Raden Patah YTPHN.
- Nyai Lara Baghdad, putri Maulana Abdullrahman Al-Baghdadi, dikaruniai 2 orang anak; Pangeran Jayakelana (Putra Pertama), menikah dengan keluarga Demak juga, putri Raden Patah yang bernama Ratu Pembayun. Putra kedua, Pangeran Bratakelana, menikah dengan anak Raden Patah yang lain, yakni Ratu Nyawa. Yang setelah kematiannya dalam pertarungan melawan bajak laut sepulang dari Demak, kemudian diperistri oleh saudara tirinya, Pangeran Pasarean.
Syech Maulana Jati wafat pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah / 1568 M / 1491 Saka, tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa.
5. | Sunan Kalijaga | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 24 | ||
Tempat Kelahiran | : | Tuban | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1460 M – (M) 1580 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Joko Said / Raden Mas Said / Lokajaya / Syekh Malaya / Pangeran Tuban / Raden Abdurrahman | ||
Orang Tua | : | |||
Berdakwah | : | Kesenian (Wayang Kulit) & Kebudayaan | ||
Menggubah | : | Lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | |||
Wialyah Penyebaran | : | Jawa Tengah |
Versi 1 : Sunan Kalijaga adalah Putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Menurut Van Den Berg, Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad.
Versi 2 : Dari versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Murid Sunan Bonang, yang dianugerahi umur panjang.
Versi 3 : Sunan Kalijaga keturunan Arab, dan namanya berasal dari bahasa Arab : Qodli Zaka, yang berarti penghulu.
Versi 4 : Keturunan Tionghoa, dengan nama kecil Said dari sa-it (sa = 3, dan it = 1; yakni 31) sebagai pengingat, bahwa saat ia lahir, ayahnya berusia 31 tahun. Saat menjadi sunan, ia memiliki nama Tionghoa; Gan Si Cang, anak Gan Eng Cu alias Arya Teja, kapten Tionghoa yang berkedudukan di Tuban. Arya Teja adalah mertua dari Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel alias Raden Rachmat
Versi 3 : Sunan Kalijaga keturunan Arab, dan namanya berasal dari bahasa Arab : Qodli Zaka, yang berarti penghulu.
Versi 4 : Keturunan Tionghoa, dengan nama kecil Said dari sa-it (sa = 3, dan it = 1; yakni 31) sebagai pengingat, bahwa saat ia lahir, ayahnya berusia 31 tahun. Saat menjadi sunan, ia memiliki nama Tionghoa; Gan Si Cang, anak Gan Eng Cu alias Arya Teja, kapten Tionghoa yang berkedudukan di Tuban. Arya Teja adalah mertua dari Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel alias Raden Rachmat
Sebelum menjadi Walisongo, ia adalah mantan perampok spesialis gudang hasil bumi, yang mana hasil rampokan tersebut kemudian ia bagikan kepada orang-orang miskin.
Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian Wayang Kulit dan Tembang Suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya diakuinya sebagai hasil karyanya.
Sunan Kalijaga diriwayatkan;
- Menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq
- Menikah dengan Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar
- Menikah dengan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri
Dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara), yang hingga sekarang masih ramai diziarahi orang
6. | Sunan Bonang | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 23 | ||
Tempat Kelahiran | : | Bonang | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1465 M – (M) 1525 M | ||
Nama Lahir / Nama Alias | : | Bong Ang / Maulana Makhdum Ibrahim / Raden Makdum Ibrahim | ||
Orang Tua | : | Sunan Ampel + Nyai Ageng Manila | ||
Berdakwah | : | Menggunakan Kesenian Setempat | ||
Karya Lagu | : | Suluk Wijil & tembang Tombo Ati | ||
Karya Alat Musik | : | Rebab & Bonang | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Masyarakat Umum | ||
Wilayah Penyebaran | : | Tuban, Lasem, dan Rembang |
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, (Putri Adipati Tuban bernama Arya Teja).
Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Bonang akhirnya menjadi nama sebuah desa di kabupaten Rembang.
Berdakwah memanfaatkan kesenian setempat yang direkayasanya, untuk menarik penduduk Pulau Jawa agar memeluk agama Islam.
Merekayasa Rebab dan Bonang (alat music ciptaannya) masuk pada gamelan Jawa.
Ikhwal Makam Sunan Bonang ada di dua lokasi, dikarenakan;
Muridnya dari Madura yang sangat mengaguminya, mendengar kabar bahwaSunan Bonang wafat.Hal inilah membuat keinginan murid tersebut, untuk membawa jenazah beliau ke Madura.Namun, murid tersebut tidak dapat membawa jasad Sunan Bonang, dan hanya dapat membawa kain kafan, serta pakaian-pakaian beliau.
Saat melewati Tuban, seorang murid asal Tuban yang juga mengaggumi Sunan Bonang, mendengar bahwa ada murid Sunan Bonang dari Madura yang membawa Jenazah Sunan Bonang, mencoba untuk
merebutnya.
Makam asli Sunan Bonang yang sebenarnya ada di Desa Bonang. Tepatnya di Lasem kota kecamatan yang terletak 12 km timur Rembang di pantura timur Jawa Tengah.
Namun, hingga saat ini yang sering diziarahi adalah makamnya yang berada di kota Tuban.
Bong Swi Hoo berasal dari Yunnan sebagai cucu penguasa tinggi di Campa, Bong Tak Keng. Bong Swi Hoo datang ke Jawa tanpa istri pada tahun 1447.
Bong Swi Hoo dan Ni Gede Manila (Anak perempuan Gan Eng Cu, seorang kapten Tionghoa yang berkedudukan di Tuban) mempunyai anak bernama Bong Ang alias Sunan Bonang.
Sunan Ngampel dan Sunan Bonang juga mempunyai keterkaitan dengan Jin Bun (Raden Patah)
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Bonang merupakan keturunan Tionghoa.
Bong Swi Hoo berasal dari Yunnan sebagai cucu penguasa tinggi di Campa, Bong Tak Keng. Bong Swi Hoo datang ke Jawa tanpa istri pada tahun 1447.
Bong Swi Hoo dan Ni Gede Manila (Anak perempuan Gan Eng Cu, seorang kapten Tionghoa yang berkedudukan di Tuban) mempunyai anak bernama Bong Ang alias Sunan Bonang.
Sunan Ngampel dan Sunan Bonang juga mempunyai keterkaitan dengan Jin Bun (Raden Patah)
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Bonang merupakan keturunan Tionghoa.
7. | Sunan Drajat | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 23 | ||
Tempat Kelahiran | : | Ampel | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 9 Sept 1470 M – (M) 1522 M | ||
Nama Lahir / Nama Alias | : | Raden Qasim / Masih Munat/ Raden Syarifudin / Sunan Mayang Madu | ||
Orang Tua | : | Sunan Ampel + Nyai Ageng Manila | ||
Berdakwah | : | Kegiatan Sosial dan Kesenian | ||
Menggubah | : | Tembang macapat Pangkur | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Wong Cilik | ||
Wilayah Penyebaran | : | Di Sekitar Surabaya |
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, (Putri Adipati Tuban bernama Arya Teja).
Diberi gelar “Sunan Mayang Madu” oleh Raden Patah YTPHN pada tahun 1442 Saka / 1520 M
Menekankan Kedermawanan, Kerja Keras, dan Peningkatan Kemakmuran Masyarakat, dengan memelopori penyantunan anak-anak yatim, dan orang sakit
Menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur, yang mana tempat ini pemberian dari kerajaan Demak
Tembang macapat Pangkur sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan.
Meninggal di Sedayu Gresik, dan dimakamkan ada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur.
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Drajat merupakan keturunan Tionghoa.
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Drajat merupakan keturunan Tionghoa.
8. | Sunan Muria | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 25 | ||
Tempat Kelahiran | : | Campa (Kamboja) | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1450an M – (M) …. M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Umar Said / Raden Umar Said | ||
Orang Tua | : | Sunan Kalijaga + Dewi Saroh | ||
Berdakwah | : | Dunia Pendidikan dan Budaya | ||
Menggubah | : | Sinom dan Kinanti | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Masyarakat Kampung Pelosok | ||
Wilayah Penyebaran | : | Lereng Gunung Muria, Jawa Tengah |
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Saroh binti Maulana Ishaq (Adik Sunan Giri).
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
Nama Sunan Muria diduga berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.
Makam Sunan Muria dipercaya terdapat di puncak Gunung Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Persisnya di bangunan tua yang tepat berada di belakang Mihrab Masjid peninggalan Sunan Muria.
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Muria merupakan keturunan Tionghoa.
Hew Wai Weng, dalam bukunya "Berislam ala Tionghoa" mengungkapkan Sunan Muria merupakan keturunan Tionghoa.
9. | Sunan Kudus | Deskripsi | Catatan | |
Saudara dengan Nabi Muhammad | : | Silsilah ke 24 | ||
Tempat Kelahiran | : | Al-Quds Palestina | ||
Tahun Kelahiran | : | (L) 1500-an M – (M) 1550 M | * | |
Nama Lahir / Nama Alias | : | Jaafar As-Sadiq / Ja’far Shodiq / Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan | ||
Orang Tua | : | Sunan Ngudung + Nyai Ageng | ||
Berdakwah | : | Menggunakan Kesenian | ||
Karya | : | Menara Kudus gaya Hindu & Islam | ||
Segmen Penyebaran Agama | : | Kalangan Penguasa & Priyayi Jawa | ||
Wilayah Penyebaran | : | Kudus, Jawa Tengah |
Sunan Kudus (Cucu Sunan Ampel) adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil (Adik Sunan Bonang) atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel.
Sunan Kudus lahir di Al-Quds Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya berhijrah ke Tanah Jawa.
Memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yakni sebagai “Panglima Perang, Penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan Hakim Peradilan Negara”.
Berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa.
Muridnya, antara lain: Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan.
Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Mesjid Menara Kudus, dengan arsitektur bergaya campuran Hindu dan Islam.
Makamnya terletak di Kudus
Sumber : Dari berbagai Sumber
Beberapa Catatan
- | * Banyaknya versi dari berbagai sumber, membuat kami mencamtumkan semua informasi yang kami dapat, sambil mencari lebih dalam lagi keakurasiannya. | ||||||
- | Urutan Sunan kami urutkan berdasarkan tahun kelahiran atau perkiraan tahun kelahiran. | ||||||
- | Percampuran perkawinan orang-orang Arab dengan Timur Tengah lainnya, orang-orang Arab dengan orang-orang Asia termasuk China, dan terakhir perkawinan orang-orang Arab dengan orang-orang Indonesia, menghasilkan Sunan-sunan yang kita kenal sekarang ini. | ||||||
- | Namun demikian, ada benang merah asal usul Sunan-sunan tersebut, karena mereka adalah orang-orang Arab yang berasal dari kaum Sayyid atau Syarif, yang masih kerabat dekat atau saudara dari Nabi Muhammad SAW. | ||||||
- | Sedikit keterangan tambahan, bahwa Sunan-sunan yang ada bukanlah keturunan Nabi Muhammad. Hal ini mengingat; | ||||||
|
(SSM)
Sumber : Dari Berbagai Sumber
Foto : Istimewa
Foto : Istimewa