Orang Bugis di Sulawesi Selatan ini, menganut sebuah kepercayaan terhadap Dewata Seuwae (Tuhan Yang Tunggal). “Orang Bugis menyebutnya dengan nama “Dewata Sisinae”. Masyarakat yang masih mejunjung tinggi nilai-nilai sakral mengenai Tuhan Yang Esa ini, justru banyak pihak berkepentingan (yang didukung bangsa Asing yang terusik dengan keberadaannya) yang ingin memusnahkan adalah masyarakat To Lotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang,”
Dewa-dewa dalam kepercayaan orang-orang Bugis, sebagaimana dikisahkan dalam La Galigo berdiam di dunia atas (Boting Langiq) dan dunia bawah (Buriq Liu).
Sampai saat ini, naskah La Galigo ditempatkan oleh masyarakat Bugis sebagai “Kitab Sakral”, sehingga tidak boleh dibaca seperti layaknya membaca buku pelajaran, atau Koran, tetapi harus dengan kebersihan diri dan hati. Untuk itu, seyogyanya Generasi Muda pada umumnya, dan Generasi Muda Bugis pada khususnya, selayaknya turut melestarikan dan menghayatinya sebagai sebuah “Kitab” yang mengajarkan nilai-nilai yang Luhur.