Sapto Satrio Mulyo di Candi Jiwo |
Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Melihat perjalanan Sejarah ini, saya menjadi prihatin melihat banyaknya rekayasa terhadap sejarah itu sendiri.
Bagi orang kebanyakan, termasuk saya pada awalnya, sejarah tidak mempunyai makna kemajuan kedepan, karena logika dangkalnya, sejarah ada di belakang, sementara kemajuan ada di depan.
Logika inilah yang terus dikedepankan oleh bangsa yang ingin menjajah Indonesia kita yang tercinta ini - baik secara ekonomi, Budaya, maupun Pola Pikir. Mereka memperkenalkan modernisasi ala Bangsa-bangsa pendatang tersebut, termasuk yang kita sebut dengan orang Barat, Timur Tengah dan Asia Timur.
Yang pertama sekali jadi incaran mereka, agar dapat merusak pola pikir Bangsa ini secara sistematis adalah, nilai-nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) warisan Leluhur Bangsa Indonesia.
Selanjutnya, setelah masyarakat Indonesia sendiri alergi dengan Kearifan Lokal Ciptaan Leluhur-nya Sendiri, maka dengan mudah Bangsa yang kita sebut di atas tadi, membutakan Sejarah Bangsa Indonesia. Hasilnya jelas, keterpurukan pola pikir Bangsa Indonesia, yang hingga kini masih terombang-ambing.
Analoginya, jika kita ini tidak tahu, kita ini anak siapa, maka orang lain mudah mengatakan bahwa "kamu adalah anak orang jahat", maka kita pun akan terbelengu dengan hal tersebut. Sehingga ketika kita ingin menentukan langkah masa depan kita (kecuali kita ini memang mendapat anugerah sebagai orang baik), secara sugesti, kita cenderung untuk mengikuti jejak langkah orang tua kita (yang kita sendiri tidak tahu siapa mereka).
Tetapi lain halnya jika kita tahu siapa orang tua kita dari awal, meskipun mungkin juga orang tua kita adalah orang jahat, tetapi paling tidak, kita pun masih dapat membelanya (membela diri adalah instink, dan intuitif), dengan menggali sisi-sisi baik dari orang tua kita yang harus dibela. Sehingga kita pun dapat memperbaiki masa depan kita sendiri.
Untungnya, selain ada peneliti yang men-disinformasi-kan temuannya, untuk kepentingan Bangsa-bangsa tersebut di atas, tentunya dengan logika mereka. Dilain pihak, masih ada pula peniliti-peneliti lain, yang justru mengungkap sisi baik dari hasil penelitiannya.
Secara singkat, kita meyakini bahwa teori arus Austronesia datang dari arah Taiwan, memang ketika saya di sana, saya pun kagum dengan hal tersebut, karena saya sempat berbincang dengan orang-orang dayak di sana.
Tetapi dengan teori Profesor Stephen Oppenheimer dan teori Prof. Arysio Santos, semuanya jadi terbalik.
Karena begitu pintarnya Bangsa-bangsa yang saya sebut di atas, mengakibatkan banyaknya cercaan di kolom komentar, terhadap teori Profesor Stephen Oppenheimer dan teori Prof. Arysio Santos tersebut.
Anehnya, salah satu hal yang seharus juga dilontarkan kepada teori-teori sebelumnya adalah, perlunya pembuktian yang lebih lanjut. Singkat kata, kalau penelitian yang dulu Membuat Bangsa Kita Menjadi Bangsa Terbelakang, koq Kita Telan Mentah-mentah Begitu Saja, sementara ada Dua orang Profesor dengan hasil penelitannya, Mengatakan bahwa Bangsa Kita ini adalah Bangsa yang Besar, Justru Mendapat Banyak Penolakan. Inilah sebuah keberhasilan dari Bangsa-bangsa tersebut di atas, untuk mengecilkan Bangsa Kita Yang Tercinta.
Sebagai Anak Indonesia, kita harus benar-benar mencintai Nusantara dengan tindakan nyata. Kita dapat memulainya dengan menanggulangi Kesehatan yang benar-benar cara Leluhur, sampai pada saatnya kita menyatakan pengobatan Leluhur adalah pengobatan Tuan Rumah. Tidak seperti sekarang, kita justru menyebut Pengobatan Leluhur adalah Pengobatan Alternatif. Jadi saatnya, akhirnya kita dapat menyatakan bahwa Pengobatan cara Barat, Timur Tengah, dan Asia Timur adalah Pengobatan Alternatif. Sebuah Komunitas Masyarakat Sehat yang ingin memperhatikan kesehatan warganya dengan mengikuti cara Leluhur, dapat pula melakukannya secara swadaya, dengan memberikan penerangan melalui Website misalnya, seperti yang sudah dilakukan oleh Komunitas Masyarakat Sehat Kota Bekasi (MSKB).
Membangun Ekonomi Bangsa sendiri, dapat dilakukan dengan suka cita, salah satunya dapat dilakukan dengan Berwisata di Dalam Negeri, yang secara tidak langsung akan membangun perekonomian masyarakat sekitar. Berwisata Sambil Membangun Bangsa Sendiri, adalah hal yang sangat positif.
Wisata di Indonesia hanya belum dipromosikan secara maksimal saja, seperti Green Canyon misalnya bukan saja ada di Amerika Serikat, tapi juga ada di Indonesia, dan masih banyak tujuan wisata di Indonesia yang sama persis dengan yang lebih dulu diporomosikan oleh bangsa-bagsa asing di negerinya sendiri. Seperti : Gurun Sahara, Hawaii, Niagara, Phi Phi Island, Savana, Suku Maya, Jurassic Park, yang tentunya masih banyak lagi....