Jendela Nusantara

Sabdo Palon & Naya Genggong Nagih Janji

Migrasi ke Kaledonia Baru

Literasi Utama
Surabaya (PerpustakaanTanahImpian) - Ternyata Diaspora dari Indonesia cukup banyak menyebar di seluruh dunia. Salah satunya di Kaledonia Baru, yang mungkin jarang kita dengar, beginilah ceritanya.

Gelombang pertama emigran Jawa terdiri dari 170 orang buruh kontrak, yang tiba di Noumea pada tahun 1.896 M.  Empat puluh dua tahun sebelumnya, Napoleon III telah mendirikan koloni hukuman milik Perancis di Kaledonia Baru. 

Sebagian besar narapidana yang dikirim ke sini adalah tahanan politik dari Komune Paris.  Pada tahun 1.894 M, Gubernur  Kaledonia Baru Perancis, Paulus Feillet, menghapuskan imigrasi dan menggantikan tenaga pidana penjara dengan tenaga kerja imigran Asia, terutama dari Jepang, Jawa (Indonesia) dan Vietnam, yang datang untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan.

Awalnya dikirim untuk bekerja di bidang pertanian, pada tahun 1.899 M orang Jawa mulai bekerja di industri pertambangan, yang menawarkan upah yang lebih baik namun kondisi lebih sulit.  Setelah masa kontrak mereka berakhir, beberapa dari mereka kembali ke Jawa.  Tetapi banyak yang  tetap di New Caledonia, sebuah pilihan yang memaksa hak mereka untuk repatriasi. Itu juga pilihan yang mengharuskan mereka mencari pekerjaan baru.

Gelombang kedua imigrasi dari Jawa terjadi pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II ketika ekonomi New Caledonian menghadapi kekurangan tenaga kerja kronis bersamaan dengan ledakan di produksi nikel dan kopi.  


Antara tahun 1.933 M dan 1.939 M lebih dari 7800 orang Jawa meninggalkan Jawa untuk Noumea. Banyak dari mereka  telah menandatangani  kontrak lima tahun dengan agen mereka.

Ketika tiba mereka menemukan pekerjaan di bidang pertanian dan pertambangan, serta tenaga kerja domestik.   Relik kontemporer yang paling menarik dari gelombang pertama dan kedua di New Caledonia Indonesia adalah Tiebaghi, yaitu pemukiman pertambangan di wilayah pegunungan terpencil dekat Koumac di sebelah utara. 


Ini adalah tujuan bagi banyak buruh kontrak  Indonesia (baik pendatang baru dan kelahiran setempat) antara tahun 1896 dan 1949. Di Tiebaghi, orang Jawa bekerja di tambang  krom bawah tanah bersama Vietnam dan Jepang.  Mungkin karena berperawakan kecil, maka dianggap  ‘mudah’ bagi mereka untuk memasuki terowongan bawah tanah. Sekarang lokasi tambang dan peninggalan desa pertambangan ini sedang dipulihkan oleh Asosiasi untuk Perlindungan  Pertambangan dan Warisan Caledonian Utara.

Gelombang ketiga emigrasi,  dimana Djintar Tambunan termasuk di dalamnya, terdiri dari sekitar 600 warga Indonesia yang datang ke New Kaledonia selama booming nikel antara 1.967 M dan 1.972 M, untuk bekerja pada kontrak tahunan terbarukan, terutama dalam industri konstruksi. Di Kaledonia Baru, orang Jawa (Indonesia) meraih reputasi sebagai pekerja yang rajin.

Menurut Tambunan, hanya beberapa dari mereka migran gelombang ketiga tetap di New Kaledonia, sebagian besar pindah kembali ke Indonesia dan beberapa telah meninggal dunia.  Mereka yang tinggal di New Kaledonia bekerja – dan dalam beberapa kasus terus bekerja – dalam berbagai industri termasuk teknik, transportasi dan pembangunan infrastruktur.

Selain tiga gelombang migrasi, ada ‘kategori’ lainnya migran.  Suminah (yang menyebut dirinya Evelyne saat di Perancis) adalah contoh dari baleh wong – orang Indonesia yang lahir di New Kaledonia.   Kemudian ada Shirly Timan  contoh dari jukuan wong, atau seseorang yang lahir di Indonesia, tetapi dibawa ke Kaledonia Baru oleh orang Indonesia setempat.  Sering kali ini terjadi karena pernikahan.

Secara individu pencapaian ‘tertinggi’ karir orang Indonesia di  Kaledonia Baru adalah keberhasilan Anggota Parlemen Rusmaeni Sanmohamat yang terpilih sebagai Wakil Presiden keenam Kaledonia Baru.

Disarikan dan disadur bebas dari tulisan Pam Allen (Pam.Allen @ utas.edu.au) mengajar Bahasa Indonesia dan budaya di University of Tasmania di Hobart. (Inside Indonesia 102: Oct-Dec 2010)

Literasi Utama

Sumber : http://dreamindonesia.wordpress.com/2011/02/26/tahukah-anda-7000-orang-indonesia-berbahasa-perancis-di-suatu-tempat/


Foto : Istimewa

Budaya Arab Ternyata Warisan dari Budaya Agama Kristen