Jakarta (PerpustakaanTanahImpian) - Kira-kira 2.500 tahun Sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh Penutur Bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan, dan Indonesia (Pulang Kampung), dan ke timur ke Pasifik. Mereka adalah nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini paham Cara Bertani (Bercocok Tanam), Ilmu Pelayaran bahkan Astronomi. Mereka juga sudah memiliki Sistem Tata Pemerintahan sederhana, serta memiliki pemimpin (Raja Kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka Sistem Tata Pemerintahan yang lebih maju (Kerajaan).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara
Penyebarannya
Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang Sangat Luas Penyebarannya di Dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Istilah Austronesia
Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
“ ... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan. ”
Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
“ Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar. ”
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia
Penggolongan
Agak sulit untuk mendefinisikan struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat dengan kesinambungan dialek yang besar sehingga sukar untuk mengenali batasan di antara cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang ada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.
Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.
Austronesia
Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)
Bahasa Melayu-Polinesia
Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.
Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain. Hubungan-hubungan genealogis antara rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya disebut Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dinyatakan bahwa semua bahasa di Tiongkok bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao).
Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:
Austrik
Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Sebagai contoh:
Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang Sangat Luas Penyebarannya di Dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Istilah Austronesia
Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
“ ... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan. ”
Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
“ Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar. ”
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia
Penggolongan
Agak sulit untuk mendefinisikan struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat dengan kesinambungan dialek yang besar sehingga sukar untuk mengenali batasan di antara cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang ada sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak geografisnya alih-alih dari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya. Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.
Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.
Austronesia
- Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
- Formosa Timur
- Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
- Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
- Barat Daya (Siraya)
- Puyuma
- Paiwan
- Rukai
- Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
- Bunun
- Dataran Rendah Barat
- Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
- Thao
- Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
- Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)
Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)
Bahasa Melayu-Polinesia
- Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug
- Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi)
- Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau
- Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur
- Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: sekitar Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Maluku
- Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau disebut juga bahasa Melanesia Halmahera Selatan-Papua Barat-Laut: beberapa bahasa di pulau Halmahera dan sebelah barat pulau Irian, contohnya bahasa Taba dan bahasa Biak
- Bahasa Oseanik: Termasuk semua bahasa-bahasa Austronesia di Melanesia dari Jayapura ke timur, Polinesia dan sebagian besar Mikronesia
Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.
Kekerabatan dengan rumpun bahasa yang lain. Hubungan-hubungan genealogis antara rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah diajukan dan umumnya disebut Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik dinyatakan bahwa semua bahasa di Tiongkok bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao).
Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:
Austrik
- Austronesia
- Tai-Kadai
- Hmong-Mien
- Austro-Asiatik
Beberapa hipotesis filum Austrik juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Sebagai contoh:
Austronesia purba
|
*mata ‘mata
|
Austro-Asiatik purba
|
*măt ‘mata'’
|
Tai-Kadai purba
|
*taa ‘mata
|
Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi metode perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:
“ Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] sebagai orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa. Mungkin dapat lebih baik dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik sebagai hasil dari penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik. ”
Atau dengan kata lain, pengelompokan dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun, tidak ada dari proposal tersebut yang mendapat sambutan luas dari komunitas ilmu bahasa.
Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah
mati
|
pati
| |
mati
| ||
mate
| ||
mattē
| ||
matay
|
patay
| |
mate
| ||
mate
| ||
māte
| ||
make
|
Klasifikasi bahasa Jepang
Telah diajukan juga hipotesis bahwa bahasa Jepang mungkin adalah saudara jauh dari rumpun bahasa Austronesia. [Ada yang mengelompokkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia berdasarkan beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepang. Namun yang lain berpendapat bahwa bahasa Jepang termasuk rumpun bahasa Altai dan terutama mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan besar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepang namun sejauh ini belum ada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertentangkan pula.
Sebagai contoh adalah beberapa kata dari bahasa Jepang yang diduga berasal dari rumpun bahasa Austronesia:
- hi yang berarti api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
- ke yang berarti kayu
- ai yang berarti kayu
- api yang berarti api
Perbendaharaan kata
Rumpun bahasa Austronesia didefinisikan menggunakan metode perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna dan dapat ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, sebagai contoh kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah "mata" juga mulai dari bahasa paling utara di Taiwan sampai bahasa paling selatan di Aotearoa.
Di bawah disajikan sebagai contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.
Bahasa
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Proto-Austronesia
|
*esa/isa
|
*duSa
|
*telu
|
*Sepat
|
* lima
|
*enem
|
*pitu
|
*walu
|
*Siwa
|
*sa-puluq
|
Paiwan
|
ita
|
dusa
|
celu
|
sepac
|
lima
|
unem
|
picu
|
alu
|
siva
|
ta-puluq
|
Tagalog
|
isá
|
dalawá
|
tatló
|
ápat
|
limá
|
ánim
|
pitó
|
waló
|
siyám
|
sampû
|
Ma'anyan
|
Isa'
|
rueh
|
telo
|
epat
|
dime
|
enem
|
pitu
|
Balu'
|
suei
|
sapuluh
|
Bugis
|
seddi
|
dua
|
téllu
|
eppa
|
lima
|
enneng
|
pitu
|
aruwa
|
asera
|
seppulo
|
Malagasy
|
iráy
|
róa
|
télo
|
éfatra
|
dímy
|
énina
|
fíto
|
válo
|
sívy
|
fólo
|
Aceh
|
sa
|
duwa
|
lhee
|
peuet
|
limöng
|
nam
|
tujôh
|
lapan
|
sikureueng
|
plôh
|
Toba Batak
|
sada
|
dua
|
tolu
|
opat
|
lima
|
onom
|
pitu
|
walu
|
sia
|
sampulu(baca: /m/ hilang, menjadi /sappulu/
|
Bali
|
sa
|
dua
|
telu
|
papat
|
lima
|
enem
|
pitu
|
kutus
|
sia
|
dasa
|
Sasak
|
esa
|
due
|
telu
|
empat
|
lime
|
enem
|
pitu’
|
balu’
|
siwa’
|
sepulu
|
Jawa Kuna
|
sa
|
rwa
|
telu
|
pat
|
lima
|
nem
|
pitu
|
wwalu
|
sanga
|
sapuluh
|
Jawa Baru
|
siji
|
loro
|
telu
|
papat
|
lima
|
nem
|
pitu
|
wolu
|
sanga
|
sepuluh
|
Sunda
|
hiji
|
dua
|
tilu
|
opat
|
lima
|
genep
|
tujuh
|
dalapan
|
salapan
|
sapuluh
|
Madura
|
settong
|
dhua
|
tello'
|
empa'
|
léma'
|
ennem
|
pétto'
|
ballu'
|
sanga'
|
sapolo
|
Melayu
|
satu
|
dua
|
tiga
|
empat
|
lima
|
enam
|
tujuh
|
delapan
|
sembilan
|
sepuluh
|
Minangkabau
|
ciék
|
duo
|
tigo
|
ampék
|
limo
|
anam
|
tujuah
|
salapan
|
sambilan
|
sapuluah
|
Rapanui
|
tahi
|
rua
|
toru
|
ha
|
rima
|
ono
|
hitu
|
va'u
|
iva
|
'ahuru
|
Hawaii
|
`ekahi
|
`elua
|
`ekolu
|
`eha:
|
`elima
|
`eono
|
`ehiku
|
`ewalu
|
`eiwa
|
`umi
|
Sinama
|
issah
|
duah
|
talluh
|
mpat
|
limah
|
nnom
|
pitu'
|
walu'
|
siam
|
sangpu
|
Gayo
|
sara
|
roa
|
tulu
|
opat
|
lime
|
onom
|
pitu
|
waloh
|
siwah
|
sepuluh
|
Sikka-Maumere
|
ha
|
rua
|
telu
|
hutu
|
lima
|
ena
|
pitu
|
walu
|
hiwa
|
puluh
|
Toraja
|
misa
|
da'dua
|
tallu
|
a'pa'
|
lima
|
annan
|
pitu
|
karua
|
kasera
|
sangpulo
|
Dawan-Timor
|
mese'
|
nua
|
teoun
|
ha
|
nim
|
ne'
|
hiut
|
fa'un
|
sea
|
bo'es
|
Rote-Oenale
|
esa
|
rua
|
telu
|
ha
|
lima
|
ne
|
hitu
|
falu
|
sio
|
sanhulu
|
Kaili(Rai)- Sulteng
|
saongu
|
randua
|
tatolu
|
ampa
|
alima
|
aono
|
papitu
|
uvalu
|
sasio
|
sampulu
|
Sabu- NTT
|
ahi
|
due
|
telu
|
epa
|
lemi
|
ena
|
pidu
|
aru
|
heo
|
hemuru
|
Kei- Maluku
|
sa
|
ru
|
tel
|
vak
|
lim
|
nen
|
fit
|
waw
|
siw
|
vut
|
Basis Data Perbendaharan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk sekitar 500 bahasa Austronesia.
Di bawah disajikan sebagai contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai taling (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai pepet (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.
Tipologi dan struktur
Sukar untuk menarik sebuah generalisasi yang berarti tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis besarnya, bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk sebagai pemfokusan. Literatur yang berhubungan mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak ahli bahasa merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih baik disebut sebagai suara gramatik.
Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.
Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan jumlah fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.
Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diserap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.
Jumlah penutur
Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan pengulangan kata.
Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan jumlah fonem yang sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata dan gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Sanskerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.
Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam bahasa Madura yang diduga diserap dari bahasa Sanskerta. Namun banyak para pakar yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskerta. Mereka berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.
Jumlah penutur
Secara total jumlah penutur bahasa Austronesia sekitar 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.
Jumlah penutur bahasa-bahasa Austronesia
| ||
Bahasa
|
Jumlah Penutur
| |
Sebagai Bahasa Ibu
|
Sebagai Bahasa Resmi
| |
Bahasa Jawa
|
76.000.000
| |
Bahasa Sunda
|
20.000.000
| |
Bahasa Melayu
|
19.000.000*
| |
Bahasa Indonesia
|
25.000.000*
|
220.000.000
|
Bahasa Tagalog
|
24.000.000
|
70.000.000
|
Bahasa Cebu
|
15.000.000
|
30.000.000
|
Bahasa Malagasy
|
17.000.000
| |
Bahasa Batak
|
14.000.000
| |
Bahasa Madura
|
14.000.000
| |
Bahasa Ilokano
|
8.000.000
|
10.000.000
|
Bahasa Minangkabau
|
7.000.000
| |
Bahasa Hiligaynon
|
7.000.000
|
11.000.000
|
Bahasa Bikol
|
4.600.000
| |
Bahasa Banjar
|
4.500.000
| |
Bahasa Bali
|
4.000.000
| |
Bahasa Bugis
|
4.000.000
| |
Bahasa Tetum
|
800.000
| |
Bahasa Samoa
|
370.000
| |
Bahasa Fiji
|
350.000
|
550.000
|
Bahasa Tahiti
|
120.000
| |
Bahasa Tonga
|
108.000
| |
Bahasa Māori
|
100.000
| |
Bahasa Kiribati
|
100.000
| |
Bahasa Chamorro
|
60.000
| |
Bahasa M̧ajeļ
|
44.000
| |
Bahasa Nauru
|
6.000
| |
Bahasa Hawai'i
|
1.000
|
8.000
|
* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.
Status resmi
Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status resminya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa resmi di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan bentuk baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa resmi Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa Austronesia, menjadi bahasa resmi di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa resmi. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa resmi di samping bahasa Inggris.
- ^ a b von Humboldt, Wilhelm (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. hlm. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8.
- ^ Vajracharya S. [http://www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
- ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
- ^ Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
- ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
- ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
- ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
- ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics
- ^ a b von Humboldt, Wilhelm (2010). Über Die Kawi-Sprache Auf Der Insel Jav: Bd. Über Die Kawi-Sprache. Über Den Malayischen Sprachstamm. Beilage Zur Einleitung Des Ersten Bandes. Nabu Press. hlm. 604. ISBN 1-143-43662-8 ISBN 978-1-143-43662-8.
- ^ Vajracharya S. [http://www.wako.ac.jp/souken/touzai_b04/tzb0407.html Malay Minority of Sri Lanka: Defending Their Identity]
- ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
- ^ Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago, Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997
- ^ Diamond, Jared M (2000). Taiwan's gift to the world. (PDF). Nature 403:709-710.
- ^ Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.
- ^ Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.
- ^ Ross, John (2002). "Final words: research themes in the history and typology of western Austronesian languages" in Wouk, Fay & Malcolm Ross (Eds.) The history and typology of Western Austronesian voice systems (pp. 451-474). Canberra: Pacific Linguistics
- Bellwood, Peter, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
- Bellwood, Peter, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
- Bellwood, Peter, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
- P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
- O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
- Dempwolff, Otto, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
- Diamond, Jared, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
- Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
- Fox, James J., 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
- Kern, Hendrik, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
- Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan berdasarkan Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
- Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp. 145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507
- (Inggris) Ethnologue : "Austronesian"
- (Inggris) Basis Data Perbendaharaan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia
- (Inggris) Summer Institute of Linguistics site showing languages (Austronesian and Papuan) of Papua New Guinea.
- (Inggris) Austronesian Language Resources (tak berfungsi? dipindahkan?) (@ archive.org)
- (Inggris) Spreadsheet of 1600+ Austronesian and Papuan number names and systems - ongoing study to determine their relationships and distribution
http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/research.php
http://www.gbarto.com/languages/austronesian.html
http://linguistics.byu.edu/classes/ling450ch/reports/austronesian.html
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Austronesia